[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Sabtu, 11 Maret 2017

Malam terjaga

#Malam terjaga
   Kita masih saja terjaga ditengah malam, memasuki zona rawan memang membuat tidur kita tidak senyaman sebelumnya.

   Sayang, senja kini kerap membayang. Tepatnya, ku sering resah akan setelahnya, akan waktu-waktu setelahnya. Akankah menjadi perisitirahan terakhir kita?, atau jadi kegelapan tak berujung?. Membias cita itu kini, meremang pandangku. Hingga kita jadi tersenyum tidak sesering dulu, maaf.

   Disaat kebutuhan yang makin menggila, justru waktu menyiasatinya berkurang. Nyatanya begitu, rumah kita kini menjadi semacam tempat singgah kalayak ramai. Kalayak yang kau bilang; satu tujuan dalam hidup.

   Namun lihatlah, mereka sedikitpun tidak berpikir seperti apa yang kau pikir. Kulihat mereka sebatas singgah di lelahnya hidup, lalu satu persatu pergi setelah menemukan persinggahan baru, yang menurut mereka lebih baik, lebih mengenyangkan, lebih menguntungkan, lebih membanggakan, dan kelebihan lainnya yang lebih menunjang segala sesuatu untuk hidup. Bukankah kita selalu berkata; semua didunia ini hanya sekejap?

   Sayang, aku tidak bersedih akan kehidupan kita yang belum memadai, meski itupun sekedar pemenuhan kebutuhan pokok, bukan begitu maksudnya. Hanya saja, aku tidak mengerti; bagaimana kita menghabiskan waktu untuk mereka yang akan pergi? Sedang kita tersusah payah memperjuangkannya.

   Biduk kelurga kita menjadi gamang berjalan, tarik menarik dengan kepentingan mereka. Padahal kita dan mereka telah menjadi satu kesatuan dibawah satu atap pengharapan pada Alloh Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang.

   Seakan kita terseret pada budaya tukang bicara, yang kehabisan waktu dalam pembuktian. Karena terus menenangkan yang berlalu-lalang karena kelaparan, entah itu jasad ataupun rohaninya.

   Dan sedihnya, sesekali kita merasa bertanggung jawab untuk pemenuhan itu. padahal sekejappun takkan sanggup menanggung apa yang menjadi urusaNya. Yang kita sebut sebagai rezky, yang dengan penuh ajaib terus Ia pergilirkan, Ia atur dan takar pada manusia semenjak awal hingga akhirnya kehidupan ini.

      Kau tahu, semuanya kini begitu menegas; bagaimana maksud pertanyaanmu sebelum kita menikah; "Dimanakah ukhuwah itu? Dimanakah nikmat Iman itu? Dimanakah nikamt Islam itu?, sebagaimana yang sering kaum laki-laki dengar dalam wasiat takwa setiap khutbah jumat dimulai". Kau berkata dengan resah, saat itu kita terdiam hingga berpisah di akhir majelis, kita memikirkannya.

   "Tidak penting mereka datang dan pergi, asal kau sayang; selalu datang dan tidak pernah pergi" Aku ingat, tempo hari kau sebatas senyum menanggapi

   Dan kini, kita harus membuktikannya. Semoga, Alloh Ridha.

#Tsabita, do'a seorang ibu

Tidak ada komentar: