tag:blogger.com,1999:blog-73605795580794614962024-02-07T11:59:43.871+07:00~Kabut Fiksi~___ Dari Sesama Untuk Semua ______________________________________________________________________________________Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.comBlogger115125tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-48868640253299801942023-04-16T04:02:00.002+07:002023-04-16T04:05:02.622+07:00Mr Perfect<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgCd6A5Bc0egVpum0pCmAWOYbD-rbVRwhEdUvdzzAH02OmKv0vn_GcTbSqBFI73bqu2XPkmZXaJhp5ZVQTJNnD1ygwgEqdWBYI6aCq5vkg_TIidd3X07uD7kR6aKWswzNl3WWyI0Z_rLFZddK98p5Qcxkd0FUH5nJtSnJ0jlvKZBw3wVyIYuKICDcLtQw" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgCd6A5Bc0egVpum0pCmAWOYbD-rbVRwhEdUvdzzAH02OmKv0vn_GcTbSqBFI73bqu2XPkmZXaJhp5ZVQTJNnD1ygwgEqdWBYI6aCq5vkg_TIidd3X07uD7kR6aKWswzNl3WWyI0Z_rLFZddK98p5Qcxkd0FUH5nJtSnJ0jlvKZBw3wVyIYuKICDcLtQw" width="400">
</a>
</div><div>Lelaki itu kembali terdiam. Terdiam ... hanya karena selembar uang dua puluh ribuan yang dihasratinya ingin menjadi sebuah buku bagus. Mimpi! akalnya memvonis. Tapi jika Allah berkehendak?</div><div><br></div><div> Bukan tidak ada sebuah buku yang menarik hatinya, bahkan banyak, tapi laki-laki itu sedang coba menunggu kenyataan. </div><div><br></div><div>"Tapi siapa tau? ada buku bagus dan murah terselip di antara ribuan buku-buku mahal ini." Batin lelaki itu terus menyanggah dirinya sendiri.</div><div><br></div><div>"Cari buku ... apakah?"</div><div><br></div><div>Tiba-tiba, sang penjaga toko datang dan bertanya dengan hangat. Lembut suaranya sebagaimana khas seorang perempuan menyapa. Kepada lelaki itu, mungkin perempuan itu iba terhadap pelanggan yang sejak sejam lalu hilir mudik di antara rak-rak buku fiksi. Hampir menyempurnakan bilangan tawaf, tapi tanpa talbiyah.</div><div><br></div><div>"Sebuah Novel," lelaki itu spontan membalik badan, langsung ke arah lawan bicara. </div><div><br></div><div>Deg! </div><div><br></div><div>Lelaki itu tidak menyangka, sang penjaga toko tenyata berdiri di belakangnya begitu dekat. Keduanya tergagap, kaget. </div><div><br></div><div>"Tepatnya sebuah Novel sejarah, historikal novel." Dia coba menguasai diri lebih dulu dari rasa kagetnya. Namun, rupanya justru sang penjaga toko itulah yang terlambat menguasai diri hingga beberapa saat. Pupil mata perempuan itu membesar, dengan mulut sedikit terbuka.</div><div><br></div><div>"Ada?"</div><div><br></div><div>Lelaki itu kembali coba melawan canggung. Mendengar suara berat untuk kedua kali barulah perempuan itu tersadar.</div><div><br></div><div>"Tentu saja ada Kang," </div><div><br></div><div>Segera, senyum lembut terbit di bibir perempuan itu. "Terjemahan novel karya Sibel Eraslan sungguh kuat diksi dan muatan literaturnya, atau novel karya anak negeri seperti Muhammad Sang Penggenggam hujan karya Tasaro?" kembali perempuan itu dengan semangat menawarkan koleksi dagangannya.</div><div><br></div><div>"Dua puluh ribu?" </div><div><br></div><div>Lelaki itu tiba-tiba. Lalu keduanya kembali terdiam, mata mereka bertemu. Kali ini tidak saling mengagumi seperti sebelumnya. Perempuan itu lebih seperti melakukan serangan umum dengan melemparkan sebentuk tatap ketidak percayaan akan ucapan lelaki di hadapannya, sedangkan lelaki itu ... terus saja menguatkan doa di dalam hati.</div><div><br></div><div>Keajaiban! keajaiban! Semuanya memang bisa saja terjadi, bukan?</div><div><br></div><div>"Tentu saja ada Kang ..." Akhirnya, perempuan penjaga toko itu memberi kabar yang begitu menggembirakan. Lelaki di hadapannya hingga terlonjak girang. Rasanya, lelaki itu segera mendekat dan memeluk sang penjaga toko seketika saat itu juga.</div><div><br></div><div>"Ta- tapi kang ... bukan di toko ini!" Sang penjaga toko itu tersenyum sangat puas, tapi langsung berlalu.</div><div><br></div><div>krek!</div><div> Seperti ada suara retak di dalam hati lelaki idealis itu, tapi ia tidak mengeluh. Seperti saran sang penjaga toko yang berbalik badan berlalu darinya, lelaki itu kini menuju toko buku yang lain.</div><div><br></div><div>Ar, Sunset in Bandung 08022019</div>Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-48431330326032172742023-04-15T20:03:00.005+07:002023-04-15T21:04:37.123+07:00Pelipur Malam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgqZAgLLQ83axlCgsW6JaS_qbg9E8J8ePHymeIU83_WpRYrY6_hYoXJ7S0GR9l-mzMHM1VMTn4iFg-Xczy1nyN0Ymgdftsr9vNfMlvuo1lNNqE4nDpRElfaSJg1dyLZkcRf_2buQFX93MneL3eGabnEFjO3ZVs85TNcVWddeT8ZHBEuf65mbfboZzj8gw" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
</a>
</div><div><div>Aku lihat engkau masih tenggelam dengan malammu, malam yang hanya kau saja yang mengerti. Aku juga tidak mengerti ... mengapa matamu itu selalu sendu?</div><div><br></div><div> Malam kita di sini, terasa mengaburkan tiap-tiap lapisan kabut sejak senja. Hilir-mudik saja kendaraan dan manusia bersenggama di sepanjang jalan. Terhempas, terjerembab, tercabik ... oleh hingar bingar egositas eksistensi jiwa, yang kekosongan. Hingga dengan cepat sapuan angin aral pun tidak kuasa kita ikat, dalam derap kebersamaan yang penuh ramah tamah.</div><div><br></div><div>Dalam hening, rasa yang semakin langka dalam hatiku ... tiba-tiba berceloteh banyak sejak kedatangnmu. Namun, ternyata pujianku hanya membuatmu semakin dingin--jauh melesakan ratap di lubuk hati terdalamku. </div><div>Pernahkah engkau? Mempertanyakan kesudahan dari setiap kerinduan?</div><div>Rasanya ingin aku teriak saja, tapi tidak berani.</div><div><br></div><div> “ Kota ini terlalu kejam, Aisyah ... tangan kita terlalu lemah untuk merangkul semua! Pasak yang besar takkan kuat ditopang sebuah pilar rapuh dari segala wacana pegosip dunia. Begitu juga bila pasak itu terlalu kecil, meski kokoh pun ... hanya akan menyiksa semua penghuni yang bernaung dibawahnya."</div><div><br></div><div>Itu katamu, saat kemarin aku dekati kesendirianmu dalam hening renungan, tapi aku lihat kau tidak merasa nyaman, meski menyungking seulas senyum, yang manis ... seperti biasanya. Lalu kau kembali dengan ucap lebih lirih, “ dan di saat hujan, para penghuni di bawahnya itu akan basah kedinginan, dan akan pening kepanasan di saat siang menerik.” Katamu lagi, selepas terjeda batuk yang begitu tiba-tiba.</div><div><br></div><div>Aku masih terlalu segan membuka suara, selain gumam-gumaku sendiri. Karena memang aku sendiri masih tidak mengerti; Mengapa kau mesti memikir semuanya itu sendiri?</div><div>Lalu apa sebenarnya arti hadirku di matamu itu, Kang?</div><div><br></div><div>Aku memang bukan satu-satunya perempuan dalam rumah tanggamu, aku terima. Namun, salahkah jika aku selalu ingin membelai wajahmu dinginmu itu? Merebah di dadamu yang begitu panas berdegupan. Ah! bahkan aku sendiri tidak mengerti dengan kegilaanku ini, maaf.</div><div><br></div><div> Hingga pada suatu ketika, dengan sombongnya aku berlari dari candu-candu pelukan tubuhmu. Sendumu itu, Kang .. aku lihat seakan mewakili ke liang pilu di seluruh kota. Lalu, kekatamu itu mengalir tergesa, seperti air-air musim hujan yang menderas di sepanjang bengawan. </div><div><br></div><div>“Tak ada pilihan lain, rasanya kita akan mati sebelum waktunya, jika segala apa yang dilihat mata hingga melumpuhkan kaki! Kita tidak mungkin terus berpangku tangan melarikan diri terus melelap di kamar gairah!” Katamu menegas, mengingat kembali bahwa kita melangkah memang untuk berlari menjauh, berlari seakan pengungsi perang takut mati.</div><div><br></div><div> “Maaf,” Akhirnya, suaramu itu memelah. Liriih tersendat, setelah sepi memeluk kita di selepas pecahnya segala keluh dan kesahnya kemarahanmu. </div><div><br></div><div> “Tak mengapa Kang.” Senyumku, kali ini akhirnya coba menerobos segala segan-segan sebagai perempuan. Kau pun kembali mendekat, mendekapku lebih rapat. Kita jadi semakin menyatu akhirnya.</div><div><br></div><div>Malam pasti tersipu malu, mengintip mesra cita cinta kita, yang makin mengikat waktu meski di ranjang peperangan.</div><div><br></div><div>“Inilah ketulusan,” Katamu, Kang ... bersama engah senyum yang begitu lapang. Deru dada kita masih terasa sibuk menertibkan lalu lintas udara yang keluar-masuk ... dengan tergesa. </div><div><br></div><div>Ar, 12042019</div></div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjMrNPr9QmDhCjbxkJ3SJHagRbL2InGjpIPCXEra3R8b-p2fRwriC95KXrjgD69vFeyz6sqC4flS7E6xo2OvMquvmIcHzpnQDzocxn-h_2Q8RvNmcaNM6xq1pju5hWPWsgyrhXkqR20hHfvgVVz4nyhTfNnCqrOWbNkKmh3ttJE08xpr_lpM2KSg7PEsA" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjMrNPr9QmDhCjbxkJ3SJHagRbL2InGjpIPCXEra3R8b-p2fRwriC95KXrjgD69vFeyz6sqC4flS7E6xo2OvMquvmIcHzpnQDzocxn-h_2Q8RvNmcaNM6xq1pju5hWPWsgyrhXkqR20hHfvgVVz4nyhTfNnCqrOWbNkKmh3ttJE08xpr_lpM2KSg7PEsA" width="400">
</a>
</div><br></div>Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-2664979841560964422023-02-08T17:47:00.001+07:002023-02-08T18:22:12.406+07:00Subsidi Silang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6HOG1tqm4CAWsl1G_x9c76_Ly6IwvOrGK7M0pVxGy8PuODNkd_ts7FssLwbnmcNFGhhyphenhyphenNpA3Aqsa-_AtRelJpmP-9GjSTM3LjR0guGKztaTbYmk4xGcmsSiFMvT5z-tXW69GHKX2GNCqa/s1600/1675853203637778-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6HOG1tqm4CAWsl1G_x9c76_Ly6IwvOrGK7M0pVxGy8PuODNkd_ts7FssLwbnmcNFGhhyphenhyphenNpA3Aqsa-_AtRelJpmP-9GjSTM3LjR0guGKztaTbYmk4xGcmsSiFMvT5z-tXW69GHKX2GNCqa/s1600/1675853203637778-0.png" width="400">
</a>
</div><p dir="ltr"><br></p>
<p dir="ltr">Dia terharu, mendapati salah satu perempuan di Republik Indonesia ini ---istrinya sendiri-, kini sedang menjemur kancut dan kutang, yang entah kapan berhasil dihutangi dia sendiri ke salah satu pedagang kreditan.</p>
<p dir="ltr">Saking sibuknya mengurus rumah dan keluarga, hingga mungkin lupa untuk membeli yang baru, yang lebih aman melindungi isinya dari jejak jahil kecoa atau mungkin tungau.</p>
<p dir="ltr">Ah laki-laki itu terpekur, mengingat-ingat kapan terakhir kalinya perempuan yang tengah menjemur di hadapannya itu meminta dibelikan pakaian dalam. </p>
<p dir="ltr">Entah! </p>
<p dir="ltr">Entahlah kapan terakhir kali kancut dan kutang itu berhasil dikredit untuk Sang Istri. Lalu dia jadi malu sendiri, yang sering menuntut isinya selalu bersih tersaji tanpa memperhatikan kelayakan kemasan.</p>
<p dir="ltr">Tiba-tiba saja dia jadi rindui tukang kredit dari Tasik yang ramah itu. Yang sederhana, tapi cantik alami itu. </p>
<p dir="ltr">Ah ya! </p>
<p dir="ltr">Jika perempuan dari Tasik itu berhasil dia kawini. Setidaknya ... soalan kancut dan kutang Sang Istri tercinta tidak lagi koyak sebegitu rupa. Sebagaimana yang kini dia lihat bergelantungan, jalang, melambai-lambai di pinggir jalan.</p>
<p dir="ltr"><font color="#4599ff"><b>#belajar</b></font> <font color="#4599ff"><b>#fiksi</b></font> <font color="#4599ff"><b>#realisme</b></font> <font color="#4599ff"><b>#sosial</b></font><br>
<font color="#4599ff"><b>Ar</b></font> 08 Feb 2023</p>Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-75257001834929090282023-02-05T10:30:00.001+07:002023-02-05T10:59:35.353+07:00Si Asbak<div><div>Si Asbak, temanku ... kali ini datang membicara lagi teory-teory anehnya. Dia, dengan semangat berapi-api---berbicara cepat tanpa jeda dan. berwajah keringat, semacam orang makan siang berkuah sambel pedas.</div><div><br></div><div>"Dah lah! Bro ... jangan kebanyakan pertimbangan menilai calon istri. Yang penting rajin sholat, demen ngaji aja dan tentunya berlubang!"</div><div><br></div><div>Aku setengah tidak percaya dia akan menimpali ceritaku sesarkas itu. Bagaimana bisa dia bicara begitu? Apa dia lupa.bagaimana dulu sejak sekolah di SMK hingga begitu melankolis hanya karena soalan satu perempuan. Apa dia juga lupa mendapat julukan Si Asbak sejak saat itu? Yang merokok membabi buta hingga sisa puntung teman-teman saat nobar ia punguti semua, lalu dilinting ulang dengan kertas buku matematika,.hingga asbak nyaris.bersih tanpa tembakau.</div><div><br></div><div>"Seperti rokok, kau takkan benar-benar merasainya nikmatnya jika hanya terpaku tampilan luar. Yang kau harus tau merokok itu demi merasai kenikmatannya." </div><div><br></div><div>Dia menepuk pundak, membuatku seketika tersadar dari masa lalu. Masa di mana kami sering begadang bersama, hanya karena ingin menonton bola.</div><div><br></div><div>"Lama-lama juga akan terbiasa, lalu terasa enaknya," Enteng saja dia terus bicara, memandangku seperti orang linglung dan kelaparan. Mentang-mentang sudah nikah dua kali, huh! Ingin rasanya menyerang balik dengan pertanyaan bagaimana dulu dia begitu rapuh ditinggalkan seorang wanita, bagaimana dia hingga seperti manusia baru yang menyesal telah menjadi laki-laki santun dan alim.</div><div><br></div><div>"Kau tahu kenapa teman-teman sekolah kita dulu hingga menyebutku Si Asbak? Ha ha ha!"</div><div><br></div><div>Dia tertawa sendiri dengan tidak lucu. Aku jadi mengingat lagi saat pertama kalinya Si Ajat memanggil dia Si Asbak, hingga saling membikin hidung berdarah.</div><div><br></div><div>"Ya, karena kau menghabiskan semua puntung rokok kretek saat di rumah Si Ajat, kan?"</div><div><br></div><div>"Bukan! Tapi karena aku telah menemukan bagaimana nikmatnya menghisap tembakau hingga tidak peduli dengan merek dan kemasannya. Puntung maupun utuh, selama masih bisa kubakar dan kuhisap .. tembakau tetap saja nikmat."</div><div><br></div><div> Kali ini dia menjawab dengan wajah serius, lalu melanjutkan dengan suara bak seorang filosof, ''Karena saat Kau telah terhanyut rasa, maka segala fisikmu takkan lagi ikut mendikte persepsimu ... lalu kau akan terbebas dari sikap diskriminatif."</div><div><br></div><div>"Lalu kenapa dirimu tak suka rokok putih? Apa rokok putih itu produk luar negri hingga rasa nasionalismemu itu mengalahkan perasa nikmat terhadap tembakau dijiwamu? Bukankah semua rokok sama saja? Bukankah itu juga diskriminatif?"</div><div><br></div><div>Mendengarku bicara dengan nada meninggi, dia hanya tersenyum---seperti menyikapi anak kecil yang merajuk.</div><div><br></div><div>"Bukan karena itu, tapi rokok putih itu bukan tembakau murni. Itu kertas celup dirajang seperti tembakau rokok."</div><div><br></div></div><div><br></div><div>Ar, 05 Feb 2023<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjczV_ZY09jQsmY1OwLfgyEttNgJEgKrgXSYflWVKryyEpiqNOd6_Le73vEv5NBY1MUMC6NtIsKjpXkf1o0OyS2qzQV5Z_nasztFNuR2xK6Yv-MEITRSXG6UseDW8BxLVZ4EHqBaEiPe8Vx/s1600/1675567843016107-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjczV_ZY09jQsmY1OwLfgyEttNgJEgKrgXSYflWVKryyEpiqNOd6_Le73vEv5NBY1MUMC6NtIsKjpXkf1o0OyS2qzQV5Z_nasztFNuR2xK6Yv-MEITRSXG6UseDW8BxLVZ4EHqBaEiPe8Vx/s1600/1675567843016107-0.png" width="400">
</a>
</div></div>Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-46874253731553318992021-02-28T11:10:00.001+07:002021-02-28T11:10:56.933+07:00Review Buku<div><a href="https://www.facebook.com/106114261265178/posts/106128211263783/">Rasa yang Sulit Dimengerti</a></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLsbVR18q02VRUIEpLtLfxGhCru5jwDZwuhZxclMUJ8VoFMCoiZQ4FqifRW4cCVntQPHG3GTyroTAFMtJ6tjm1hWgn5hzJyuoYPf2D_vW12-TH_jCntqBQ2uHeFNyRdIo5AD0F9A3eJAf8/s1600/1614485438860739-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLsbVR18q02VRUIEpLtLfxGhCru5jwDZwuhZxclMUJ8VoFMCoiZQ4FqifRW4cCVntQPHG3GTyroTAFMtJ6tjm1hWgn5hzJyuoYPf2D_vW12-TH_jCntqBQ2uHeFNyRdIo5AD0F9A3eJAf8/s1600/1614485438860739-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Cinta yang dipuja dan dikejar insan, bisa mencipta warna di bilik hati. Mengembang senyum, serinya mata, hingga gempitanya hari-hari. Sebuah rasa yang jika benar muaranya, maka akan melambungkan cita hingga ke syurga. Entah bersama atau ... tidak!</div><div><br></div><div>"Aku mencintai baikmu, mencintai nalarmu," ujar seseorang pada seseorang. Ini bukan sekadar mempertaruhkan perasaan seperti, "aku cinta kamu atau ... apa kamu cinta aku?"</div><div><br></div><div>Romantisme dan kalimat puisi terbaik ada di dalam Al Qur'an, bagaimana Allah membuat perumpamaan yang indah dalam setiap ayat yang turun ke bumi. Satu per satu ... dengan lembut menunggu makhluk bumi memahaminya sedikit demi sedikit.</div><div><br></div><div>Buku mas <a href="https://www.facebook.com/bujang.kabut">Ahmad Rojaa</a> , mengisahkan bagaimana mengolah rasa cinta menjadi benar. Cinta yang bukan hanya membangun rumah di dunia, tapi rumah yang abadi di syurga. Perjuangan yang tak mudah, tapi Allah Penggenggam hati maka kepada Allah pula mengembalikan kelemahan memohon kekuatan.</div><div><br></div><div>Akhirnya saya tuliskan untuk berbagi rasa, setelah beberapa waktu berhenti membaca untuk memahami kemana penulis mengembarakan hati. Gak tahu juga buku ini bakal dicetak lagi apa tidak? Atau melanjutkan kisah-kisah lain yang sudah diedit bolak balik. Upps 😀🙏</div><div><br></div><div><a href="https://www.facebook.com/zakia.izzaku">Shanti Izzaku</a></div>Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-70365977816342437752021-01-28T19:14:00.001+07:002021-01-28T19:14:12.602+07:00Antalogi Puisi Penyair Ciayumajakuning<p dir="ltr"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWgenM09jM0CwxlFZyA170-NAugpg1OpfYOLysATZb0fCNlBtWdgsH0DTykq4PJnt-Is6TbB_8fMZ_ltQ_KuvTr0Jt6fXhiWKYrqlXw_-W05Ig9NYwEz5AhtX3sM_j5AkEQxfnj667UngD/s1600/1611836030506952-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWgenM09jM0CwxlFZyA170-NAugpg1OpfYOLysATZb0fCNlBtWdgsH0DTykq4PJnt-Is6TbB_8fMZ_ltQ_KuvTr0Jt6fXhiWKYrqlXw_-W05Ig9NYwEz5AhtX3sM_j5AkEQxfnj667UngD/s1600/1611836030506952-0.png" width="400">
</a>
</div><br></p><p dir="ltr">Sekesal senja tetiba sirna, saat pada suatu ketika, akuh ... menerima buku antalogi puisi ini 😁😅.<br>
.<br>
Barusan membaca satu dua karya Pak Agus Dta , lalu meloncat ke karya Mbak Rintanalinie Girinata Primanique, lalu balik lagi membuka karya kang @Khusni Mubarok Abdullah, dan lain yang lainnya.<br>
.<br>
Bila boleh saya sotoy (sok tahu) ... ternyata:<br>
.<br>
Membaca sebuah puisi seibarat tantangan untuk melatih empati diri, adakah hati itu tidak <br>
pergi dan masih tetap berfungsi?<br>
.<br>
Membaca puisi seibarat seorang laki-laki yang memerhati tubuh seorang bidadari yang telanjang di kandang singa. Dapat membuat jiwa terpana, tapi menuntut kehati-hatian persepsi jika tidak ingin binasa oleh prasangka.<br>
.<br>
Membaca puisi, mengajarkan berani menyuarakan isi hati tapi dengan tidak mengabaikan nasehat dari suara nurani.<br>
.<br>
Sukses terus sahabat @Rintanaline Girinata Primanique 😍<br>
Maju terus! Semoga sukses juga dengan grup kepenulisannya. Aamiin <br>
.<br>
Terima Kasih, Mbak 😍🤩🥰<br>
Salam 🙂<br>
.<br>
Cc : Notes Live Arbooks Bandung</p>Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-44729068256937455402020-11-28T06:29:00.001+07:002020-11-28T06:29:56.133+07:00KAU<img src="file:///storage/emulated/0/Android/data/com.samsung.android.app.notes/files/share/0/clipdata_201128_062723_759/1.jpg"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8TFQEkpcYhGTEoZDwvzadbsH3GGhTRXt8zbooJxUgKMHQttqp2T6FSgS5UDX_b2OGOSOAiYOFE_3qCMd-MRe5GmkxEDwk5KnCOxAjziCw8K2AivhHIMGNfr7-2AJ1-SciMgwY_8PVa04M/s1600/1606519790146662-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8TFQEkpcYhGTEoZDwvzadbsH3GGhTRXt8zbooJxUgKMHQttqp2T6FSgS5UDX_b2OGOSOAiYOFE_3qCMd-MRe5GmkxEDwk5KnCOxAjziCw8K2AivhHIMGNfr7-2AJ1-SciMgwY_8PVa04M/s1600/1606519790146662-0.png" width="400">
</a>
</div>Kau benar, bahkan hati lebih cepat berbolak-balik dari deru nafasku sendiri. Terkadang benci, terkadang sayang, lalu rindu, bahkan takut. Berubah-ubah, sebagaimana harfiah dasar dari kata 'qolbu'.<br>
.<br>
Semalam, sesaat kita bertolak dari taman kota, aku lihat seorang manusia berkostum boneka lucu, tengah duduk tertunduk seorang diri di trotoar jalan.<br>
.<br>
Ingin aku tanyakan padamu. Selarut ini, mengapa ia diam sendiri seperti itu?<br>
.<br>
Angin kota yang lembab, tentu membuat manusia boneka itu kegerahan. Mengapa tidak pulang saja? Mandi, lalu beristirahat.<br>
.<br>
Sebelumnya, kita juga disambangi seorang anak meminta uang. Aku diam, ingin tahu bagaimana sikapmu terhadap realitas anak-anak jalanan yang kerap dieksploitasi segelintir jagoan untuk mencari penghasilan. Kau melihatku, hanya tersenyum. Hingga kau bilang tidak punya uang kecil, Nak ... tapi ini ada makanan jika mau.<br>
.<br>
Kau cerdas, aku hanya tersenyum. Akan tetapi masih dapat kulihat engkau bimbang karena memang, terkadang anak-anak jalanan juga terbiasa meminta-minta karena keadaan. Siapapun yang diuntungkan, anak-anak itu hanya korban.<br>
.<br>
Kita menghela napas panjang, hingga beranjak memesan angkutan online.<br>
.<br>
Tapi tunggu, kini ada seekor kucing menyambangi, menatap, mengiba seperti menunggu sesuatu.<br>
.<br>
"Bolehkah aku bawa pulang kucing liar ini?"<br>
.<br>
Tidak, katamu. Juragan kontrakan tentu tidak ingim tiap pagi tersaji kotoran hangat didepan rumah.<br>
.<br>
Aku mengerti, dan hanya bisa mengelus kepala mahluk itu yang sepertinya penuh dengan borok. Kau mencegahku, lalu mengingatkan soal virus yang setahun terakhir kian menghantui hingga membuat banyak manusia mati ketakutan.<br>
.<br>
Takut mati ... hingga mati, tapi benarkah kehidupan yang seperti ini diinginkan?<br>
.<br>
Realitas mungkin saja kian memaksa kita untuk terus bergerak, karena terlalu lama berpikir artinya kelaparan. Lalu kapan perasaan mesti kita rasakan?<br>
<br>
Bagaimana semestinya kita bersikap adil di antara realitas, nalar dan perasaan?<br>
<br>
"Aku ngajak jalan-jalan bukan maksud membuatmu kian terkurung di dalam kamar, dan memikirkan semuanya," ucapmu, seakan mengerti keadaanku selepas menatap manusia boneka lalu.<br>
.<br>
Aku hanya dapat tersenyum, mengiyakan. Lalu kita kembali terdiam menatap jalanan kota panas yang ramai, yang di saat kecil sering kau tanyakan, "Semua orang itu mau kemana sih? Sibuk, tergesa, dan tanpa saling menyapa sebagai sesama manusia.<br>
.<br>
"Jika seorang pemimpin kelak ditanyai tentang keadaan rakyatnya, kira-kira gimana jawabnya ya?" katamu kembali, memecah keterdiaman kita berdua.<br>
.<br>
"Entahlah! Aku sendiri, andai saja teringat pertanyaan itu sekali saja ... dalam sehari, mungkin kini tidak menyibukan diri dalam pelarian bersamamu."<br>
.<br>
Kau kembali tersenyum dan berkata, "Suara hati yang lemah karena pekatnya dosa, mungkin memang harus sejenak menyepi ... agar suaranya yang lirih itu kembali terdengar. Jika ternyata kita sadari telah mati, kita dapat memohon hati yang baru, dan kembali berjuang menjalani kehidupan."<br>
<br>
"Awal dari sebuah kegilaan, dapatkah menjadi titik awal kebahagiaan?"<br>
<br>
Akhirnya, kita terdiam. Kembali saling merogoh jiwa dan pemikiran.<br>
.<br>
ar, 21 Nov 2020<br>
<!--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_201128_062723_759.sdoc-->Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-36602389224800486172020-03-09T15:08:00.001+07:002020-03-09T15:15:09.140+07:00RESENSI Rasa yang Sulit Dimengerti<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXID5H_FBOhkBLASqkDKLy22SCmpfHrRG9sxb8Fw8-G1nVQJxDQQnTW-5ax86l2SB8A8asEmChBsDqADpysE67J2CB4iqrt4QXz9BlUfsbspvY-8X2FCXVOKxGuUWcYIAV5Hwui_TZHCQh/s1600/Screenshot_20200309_144005.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="539" data-original-width="462" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXID5H_FBOhkBLASqkDKLy22SCmpfHrRG9sxb8Fw8-G1nVQJxDQQnTW-5ax86l2SB8A8asEmChBsDqADpysE67J2CB4iqrt4QXz9BlUfsbspvY-8X2FCXVOKxGuUWcYIAV5Hwui_TZHCQh/s200/Screenshot_20200309_144005.png" width="171" /></a></div>
--Oleh : <a href="https://instagram.com/intaneraauthor?igshid=a57d31c51uv7" target="_blank">Intaneraauthor</a><br />
.<br />
Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat untuk penulis karena bagi pegiat literasi seperti kami, memiliki karya yang dibukukan merupakan berkah yang tak ternilai harganya. Selain itu, saya ingin mengingatkan bahwa terkait latar belakang saya sebagai seorang akademisi literatur, saya lebih fokus pada isi tulisan dan unsur- unsur intrinsik di dalam cerita alih-alih mengkritisi tata bahasa, tanda baca dan sebagainya. Oleh sebab itu mohon dimaklumi jika ada yang kurang berkenan dalam resensi yang saya sampaikan kali ini.<br />
.<br />
Salah satu guru sastra saya di masa SMA pernah menerangkan sebuah konsep bernama atavisme. Menurut KBBI, atavisme merupakan istilah untuk menyebut pemunculan kembali sesuatu yang telah lama hilang yang tidak ada pada generasi sebelumnya. Maknanya, atavisme dalam sastra merupakan bentuk di mana gaya sastra lama kembali dimunculkan pada karya sastra baru seperti mantra yang terdapat dalam puisi-puisi Subagyo Sastrowardhoyo.<br />
.<br />
Membaca kumpulan prosa Rasa yang Sulit Dimengeri membuat saya merasakan sensasi atavisme baik dalam diksi maupun penjabaran plot.<br />
.<br />
Secara pribadi, saya kurang mengetahui selera bacaan penulis namun jika saya boleh berteori, beliau dipengaruhi karya sastra era 50 atau 60 an yang banyak menyoroti kehidupan kaum pinggiran serta realita kesenjangan dalam masyarakat. Contohnya cerpen Masjid Merah Putih serta Mencemburui Senja. Penulis menyoroti bagaimana tekanan kebutuhan ekonomi seringkali menjadi alasan permisif untuk melalaikan ibadah serta bagaimana realita kecemburuan para wanita dalam sebuah keluarga poligami. Dua kasus ini merupakan sedikit dari sekian contoh isu sosial yang saat ini jarang diangkat dalam tulisan terkait meledaknya fenomena urban literature di kalangan pegiat sastra moderen. Karenanya, membaca cerpen-cerpen seperti ini bisa kembali membuka mata pembaca tentang pergolakan dalam kehidupan sosial masyarakat negara berkembang yang telah lama dilupakan.<br />
.<br />
Contoh atavisme lain yang saya temukan tercermin dalam cerpen Tak Sekadar Senja. Terlepas dari plot twist pada ending, gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen berlatar medis ini mengingatkan saya akan prosa lama Iwan Simatupang yang judulnya jika bukan Perkenalan dengan Harga Diri Manusia ya Pudar Menjelang Kilau (mohon maaf saya lupa yang mana sebab dua cerita ini saya baca lebih dari lima belas tahun yang lalu :))<br />
.<br />
Dalam tulisan Iwan Simatupang, tersebutlah seorang dokter mata yang mencintai seorang wanita bernama Lita, yang mana kemudian meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis dan menjadi titik balik kehidupan sang dokter. Gaya penuturan tokoh 'aku' atau 'si dokter' dalam Tak Sekadar Senja entah mengapa mengingatkan saya akan gaya narasi 'sang dokter pemuja Lita'. Satu-satunya pembeda adalah twist di akhir yang mematahkan segala citra si dokter menjadi sesuatu yang berbeda.<br />
.<br />
Berbicara tentang twist, saya perlu mengingatkan penulis bahwa saya merupakan seorang penulis genre-genre yang lebih gelap dari Anda (thriller dan misteri) sehingga untuk yang satu ini, penilaian saya mungkin sedikit subjektif dan berpotensi membuat Anda tidak setuju. Namun seperti yang kita ketahui, fiksi yang baik adalah fiksi yang berhasil membius pembaca, bahkan jika pembaca tersebut bukan penyuka genre yang terkandung dalam tubuh si fiksi. Seperti yang saya katakan sebelumnya, atavisme dalam Rasa yang Sulit Dimengerti memang cukup menghibur namun sayang, ada sejumlah elemen kejut yang 'kurang nendang' dalam kacamata saya. Tak Sekadar Senja memang menyajikan plot yang lumayan namun sayang 'kejutan' yang digunakan merupakan kejutan yang sudah banyak digunakan dalan ribuan tulisan sejenis bahkan kisah film dan sinetron. Saya jujur saja mengharapkan sesuatu yang wah dan fresh. Ada beberapa ide dalam kepala saya namun sayang tak bisa saya kemukakan dalam resensi ini sebab bisa menimbulkan spoiler bagi orang lain.<br />
.<br />
Begitu pula dengan Romansa Renta yang mana seharusnya sosok si kakek bisa jadi lebih 'wah'. Pun dengan titular cerpen Rasa yang Sulit Dimengerti-nya di mana konflik yang tersuguh telah terlalu umum.<br />
.<br />
Satu-satunya cerpen dengan elemen kejut terbaik adalah Tai yang Jatuh dari Langit. Konflik dan antiklimaksnya menarik meski kurang berhasil membuat saya terbahak (namun lumayan tergelak). Dialognya cukup atraktif sehingga dari keseluruhan isi buku, cerpen inilah favorit saya.<br />
.<br />
Akhir kata saya menyampaikan bahwa untuk menikmati sore yang tenang, kumpulan prosa Rasa yang Sulit Dimengerti cukup menghibur karena konfliknya yang ringan dan santai. Terima kasih untuk penulis yang bersedia menerima kritik dan saran saya. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.<br />
.<br />
Salam literasi.<br />
Rate: 💫💫💫<br />
.<br />
.<br />
Peresensi adalah penulis buku Drama Vendetta, terbitan Divagroup.<br />
Beliau dapat dihubungi melalui akun instagramnya di <a href="https://instagram.com/intaneraauthor?igshid=a57d31c51uv7" target="_blank">@intaneraauthor</a></div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-623844046807124252019-12-04T22:55:00.000+07:002019-12-04T22:55:44.904+07:00Empat Matamu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilSszZ1PN48SYAIp1LNYvIv_Fck3rZ1ocfavcFzQR8oRz82a2SKCLscNS4oilEpfuibiWIloCQJUIQwZ9cV0XtOwPyD6c-T6QNi2g_LDED6eusP-M24CUMzBIA_gPNTfF9e_FLW73z54Uo/s1600/kacamatku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="426" data-original-width="320" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilSszZ1PN48SYAIp1LNYvIv_Fck3rZ1ocfavcFzQR8oRz82a2SKCLscNS4oilEpfuibiWIloCQJUIQwZ9cV0XtOwPyD6c-T6QNi2g_LDED6eusP-M24CUMzBIA_gPNTfF9e_FLW73z54Uo/s200/kacamatku.jpg" width="150" /></a></div>
Kau tertawa. bagaimana aku hingga ingin melihat
mataku sendiri? Aku kira semua orang akan melakukan hal yang sama saat
penglihatanmu terasa kurang beres, begitu juga denganku.<br /> .<br /> Lihat
saja, semuanya pandanganku jadi tidak karu-karuan. Padahal namanya
penglihatan sebegitu pentingnya. Kata teman dumai, susuanan hurufku juga
parah, dan sering salah ketik. Kau tau kenapa? itu karena setiap huruf
yang terapit huruf 'a' kecil itu justru malah menggambarkan bagaimana
garis tengah hidungmu. Ahaha! Jangan marah dulu! Matamu memang agak
lucu. Matamu ada empat, sepasang menatap dunia, dan yang sepasang lagi
menatap sepasang mata lainnya. Tapi bagaimanapun kita beruntung,
sebagian orang malah ada yang punya sepasang mata tapi tak melihat.<br /> Pernah kah kau membayangkan hidup dalam gelap untuk waktu lama? <br /> .<br />
Apakah aku tertular juga ya ... dan harus bermata empat sepertimu?
Banyak citraan liar hilir mudik di zaman seramai ini. Bukan apa-apa ...
Aku hanya takut pandanganku terkurung sepasang mata yang memandang dunia
langsung itu, lalu tak bisa lagi melihat senyum ke kedalamn hatimu yang
paling palung. Ah entahlah dengan semalam hingga kantuk kabur, mungkin
memang karena pendanganku yang kurang baik, dimana dirimu seperti ada
dihadapan, dan minta dipeluk.<br /> .<br /> Ups... maaf, baru teringat kau
termasuk orang parno, dan marah dikatai suka porno. Ah mengapa marah?
Beda satu huruf saja. Mungkin karena itu juga sih, hingga membuat para
pejuang penjaga kata anti typo bergerak dengan gigih nasi karena
kelaparan.<br /> .<br /> Bagaimana? Udah pusing belum? <br /> Aku udah dulu! Rayu-merayu tawa senyummu lanjut ntar jika sempat. <br /> .<br /> ar 4 Des 2019 </div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia-6.9174639 107.61912280000001-7.0435724 107.45776130000002 -6.7913554000000005 107.78048430000001tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-74213833532425540482019-12-04T05:30:00.002+07:002023-01-17T21:54:28.749+07:00SENYUM TAWA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjXZ0cpnXkFdlZvr_ziXVYTgdQiu9MGu1EpXBvXJ7obs3TbvGMmlO536iVNEAjPQmJB8F784wJlX2B3m714oZZ9oH3KY9CnAz-p18VKW8HAj01vj4kc2GSLeXVhXPVm-34wci9-ri70ZN1/s1600/na.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="727" data-original-width="713" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjXZ0cpnXkFdlZvr_ziXVYTgdQiu9MGu1EpXBvXJ7obs3TbvGMmlO536iVNEAjPQmJB8F784wJlX2B3m714oZZ9oH3KY9CnAz-p18VKW8HAj01vj4kc2GSLeXVhXPVm-34wci9-ri70ZN1/s200/na.jpg" width="195" /></a></div>
<i><b>Entah kapan,</b></i> hingga senyummu itu melekang. Bila boleh kutanyakan mengapa kumiliki, maka kau harus tahu, aku telah jauh-jauh hari menyimpannya, tanpa harus kau tahu.<br />.<br />Aku bukan pencuri, tapi sudah sewajarnya bukan? Bila kita tercipta tak kuasa menolak sesuatu yang ditimpakan, apalagi seberharga itu ... seperti seperti senyum, seperti canda, seperti asa, yang menyesap keruang jiwa, seperti air dari langir yang menembus areal perkebunan para warga yang kering kerontang.<br />.<br />Kau tak bisa mengmbilnya lagi, bagaimanapun tak relanya telah tersimpan di ingatanku. Kau tahu itu, dan akan tersimpan selamanya, hingga akhirnya Pemilik kewarasanku itu mengambilnya kembali, atau mungkin saat suatu nilai kewarasana itu yang berjungkir balik. Maaf, ini bukan salahmu, tapi bukan juga salahku ... jika senyummu itu seperti menghidupkan segala bangkai di alam benakku untuk terus berkreasi berkata-kata menerbitkan bujuk rayu untukmu. (Tolong jangan katakan aku sebagai perayu radikal . OK!? Terima kasih ^^).<br />.<br />Menyerah saja, duduk dan dengar baik-baik.<br />.<br /> Senyummu itu, Duhai ... membuatku berpikir atas keajaiban kreasi kedua bibir itu.Bagaimana jika kau terlahir tanpa bibir? Apa menghingga aku menyukaimu?<br />.<br />Atau begini saja! Jika kau tak mau menjadi jalan sebab aku tertawa-tawa begini. Diamlah, akan aku ceritakan kisah senyum yang salain yang bukan dari kedua bibirmu itu.<br />Saat tiba-tiba terlihat senyummu itu diingatan, tiba-tiba nampak pula seekor kura-kura. Ia tersenyum, dan senyum itu mengingatkan kepada senyummu. Bagaimana bisa begitu? Sederhana, karena kura-kura itu tengah tersenyum, dan kau juga pernah tersenyum.<br />Aku bukan sedang lancang mengingat-ngingatmu, tapi senyummu. Bolehkah?<br />..<br />Haha! memang lucu jika aku teringat senyummu itu, di mulut kura-kura. tapi tentu saja, kau bukan kura-kura, tapi senyum itu tetaplah senyum, yang kurasa citraan energi universal yang mengubah.<br />.<br />Kau bukan kura-kura, dan rasanya aku tak hingga berhasrat kepada seekor kura-kura. karena aku sendiri adalah tawa-tawa, yang dikotomi amarah, darimu. Kau dan aku harusnya selalu dekat.<br />.<br />Semoga jangan ada lagi tawa-tawa penuh angkara, atau senyum-senyum kepedihan.<br />.<br /> Harusnya ... kita selalu bersama dan biar semua menyebut kita senyum tawa.<br />.<br />Salamku Duhai, kepada engkau yang tersenyum. <br />Kapan kita ngopi bareng?<br />:)<br />gaje<br />ar 4Des 2019</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-39321487930714010012019-11-01T20:35:00.001+07:002019-11-01T20:37:04.664+07:00Seperti Terenggut Paksa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRon5H4vwTO1UYbdKuvdNC3Fo1ONKt5ZB39ukfP7cx6SZm9uv0EXQ3LeVHP0cGTJ4JUY3xta6Br15wrgwrx2D0JRMJMUr1k42xU5HApvUeSuwWJh9qlsfAAt9F7M-Tv-84bBWseuuoXh_X/s1600/67888842_3075672375808692_6532408282395443200_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="471" data-original-width="476" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRon5H4vwTO1UYbdKuvdNC3Fo1ONKt5ZB39ukfP7cx6SZm9uv0EXQ3LeVHP0cGTJ4JUY3xta6Br15wrgwrx2D0JRMJMUr1k42xU5HApvUeSuwWJh9qlsfAAt9F7M-Tv-84bBWseuuoXh_X/s200/67888842_3075672375808692_6532408282395443200_n.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<div data-contents="true">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="eicl9-0-0">
<span data-offset-key="eicl9-0-0"><span data-text="true"><b>S</b>elintasan saja ia hadir. Bagai asap tembakau yang mewangi, yang mengalun, membelai hingga ke rongga hidung terdalam. Lembutnya ia melesak, memenuhi seisi dada tanpa menyumbat kembang kempisnya napas. Isap udara masih diijinkan hilir mudik, namun tidak terasa ia datang dan pergi membawa nama yang ... kian melekang di riuh ramai. Siapa? entahlah, jangan tanya siapa.</span></span></div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="8mbh5-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="8mbh5-0-0">
<span data-offset-key="8mbh5-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="ahl0g-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="ahl0g-0-0">
<span data-offset-key="ahl0g-0-0"><span data-text="true">Malam-malam ... heningnya seakan mengiba. Selimutnya yang tenang seakan pelukan ibu yang hangat di musim hujan. Lalu ia akan tersenyum seraya bercerita kisah-kisah keberanian di kala rasa takut ke ranjang lelap membenak. Ajaib bukan? untuk itulah aku sentiasa bertanya perihal rasa--adakah ia mahluk tak kasat mata atau atau akumulasi citraan luar yang mengendap hingga meragi di wadah sekesunyina. Di saat sunyi, kita harus mengingat atau teringat? Dan ada yang cemburu atas jawabmu--lalu cemburu sejenis apakah lagi itu?</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="e89vc-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="e89vc-0-0">
<span data-offset-key="e89vc-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="b45s4-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="b45s4-0-0">
<span data-offset-key="b45s4-0-0"><span data-text="true">Baiklah aku coba katakan dengan sederhana. Sebenarnya sejak siang berlalu, aku hanya merasa seperti sedang kesepian. Bukan tidak ada teman, bukan pula karena sendirian.Namun, rasanya aku sedang mencari, seperti sesiapa yang dapat aku rindukan-selayaknya.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="3vq0u-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="3vq0u-0-0">
<span data-offset-key="3vq0u-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="bkhhu-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="bkhhu-0-0">
<span data-offset-key="bkhhu-0-0"><span data-text="true">Sebelumnya. Sejak awal--ku-membuka mata. Mentari telah cukup jauh melayang beberapa derajat. Entah karena saat itu tidak merasakan kelembutan sinarnya yang kekuningan, entah sebenarnya merasai malu telah kalah oleh ayam jantan yang sebisa mungkin menjadi sepasang sahabat meski di saat telur betinanya aku makan dengan lahap. Entahlah ... dan jangan tanyakan lagi tentang nasib-nasib bakal ayam itu--karena kau bisa anggap aku gila jika membahasnya.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="a2a0u-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="a2a0u-0-0">
<span data-offset-key="a2a0u-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="2i07l-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="2i07l-0-0">
<span data-offset-key="2i07l-0-0"><span data-text="true">Ah ya, awal itu merasakan kekesalan atas keterlambatan itu. Hingga setiap berkata bertanya dan menyapa ke seisi rumah dengan oktaf nada yang lebih keras dari biasanya, lebih keras daripada saat-saat menerima banyak uang atas upah mengurusi hasrat para pelanggan jasa yang terjual, lebih keras saat aku berusaha menginginkan sesuatu atasmu, dan pastinya juga lebih keras di saat terbangun lebih pagi hingga ayam jago yang nyaring berkokok itu dapat ku balasi dengan teriakan langsung ke kandangnya biasanya hewan itu tengah dirapati para betinya di sisi kanan maupun kirinya--kau taulah, para betina sentiasa rukun jika soal berbagi pasangan, tapi tidak dengan berbagi makanan.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="cjsfs-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="cjsfs-0-0">
<span data-offset-key="cjsfs-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="4gvo7-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="4gvo7-0-0">
<span data-offset-key="4gvo7-0-0"><span data-text="true">Hingga siang terhubung dengan berbagai orang, dengan berbagai keterbengkalaian yang tak sempat tuntas karena batasan nalar dan kesempatan ... aku dapati waktu berteriak bahwa ia telah senja. Bagaimana bisa? bukankah baru sejenak saja aku melakukan berbagai hal? membaca, menulis diskusi dengan entah apa dan siapa--lalu tiba-tiba kembali senja? ohhh sungguh rasanya seperti direnggut paksa padahal kita sedang seneng-sayangnya.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="cejem-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="cejem-0-0">
<span data-offset-key="cejem-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="3etcq-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="3etcq-0-0">
<span data-offset-key="3etcq-0-0"><span data-text="true">Dan kini kita kembali ke malam. Apa kalian tidak bosan? Tapi anehnya hingga membaca ke akhir titik.--yeah! Itu tandanya karena kita merasa bosan</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="d866b-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="d866b-0-0">
<span data-offset-key="d866b-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="an91p" data-offset-key="a4qai-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="a4qai-0-0">
<span data-offset-key="a4qai-0-0"><span data-text="true">ar, 1 Nop 2019</span></span></div>
</div>
</div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-51900593955078074272019-10-17T11:03:00.001+07:002019-10-18T18:55:43.976+07:00SANTUN SEJAK DALAM PIKIRAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://kabutfiksi.blogspot.com/p/cps.html" target="_blank">(Cerpen mini)</a><br />
<br />
<b><i>“Baik-baik aja kok, semua system
saraf normal, Soal kenapa adik ini gagap saat bicara ... Adik hanya
harus sedikit santai, segala yang terlintas di benak, tak mesti segera
diucapkan ... dan, tidak mesti takut nggak kebagian waktu bicara,” </i></b><br />
<b><i>. </i></b><br />
Suara Dokter Hasan terdengar begitu teduh ditelinga remaja lelaki itu.
Mendengarnya, seakan dunia dirasakan kembali terasa lapang.<br />
.<br />
“Ta’ tapi Dok ... te’ tetangga saya di dekat rumah, bi’ bilang saya ada
gangguan syarf karena gagap,” remaja lelaki itu seketika mengadu. Ada
sedikit ragu yang ingin dihilangkan dibenaknya, dan sosok seorang Dokter
dihadapannya itulah yang tentunya dianggap paling tahu soal kesehatan
dan penyakit, bukan tetangga.<br />
.<br />
“Apa tetangga Adik itu seorang
tenaga medis ?” sahut Dokter Hasan santai, lagi-lagi senyum bersahaja
itu terbit. Senyum itulah yang membuat pasien kali ini dapat merasa
lebih tenang, hingga gagap bicaranya mereda.<br />
.<br />
“Bu’ bukan... Dok.”<br />
.<br />
“Hehe ... Tidak ngerti soal medis kok bilang Adik kena gangguan
syaraf?” Dokter Hasan tertawa renyah. Remaja dihadapannya hanya ikut
terkekeh pelan. Kali Dokter Hasan telah melenyapkan kekhawatiran
pasiennya, keduanya merasa senang.<br />
.<br />
“Mungkin adik merasa
tertekan saja hingga bicara sedikt gagap, santai saja, nggak usah
didenger semua apa kata orang, dan tenang ... jangan takut tidak
kebagian balas bicara,”<br />
.<br />
“Siap Dok, terima kasih banyak .... mmm, saya pamit,”<br />
.<br />
“Kembali, banyak ... Dik.” Dokter Hasan kembali tertawa. Mereka kembali tertawa.<br />
.<br />
Hingga akhirnya pasien remaja lelaki itu berlalu, Dokter Hasan sedikit
menyenderkan tubuhnya sekadar mengendurkan ketegangan. Ada setengah jam
kedepan ke waktu Dzuhur, biasanya tidak ada lagi pasien hendak berobat
ke Puskesmas. Belum lama Dokter Hasan menempati ruang praktek sebagai
dokter umum di PUSKESMAS Jati Mandiri--sebuah PUSKESMAS kecil yang belum lama didirikan pemerintah di jantung
Kampung Sukatani. Karena tidak ingin waktu berlalu begitu saja, tangan
kanan Dokter muda itu segera membuka laci, dan mengambil Qur’an
terjemahan.<br />
Dibukanya kitab suci itu dengan asal, selepas bismilah
dalam hati. Dan tertegun, mendapati ternyata yang terbuka kali ini
adalah surah Al An’aam ayat seratus sembilan belas. Ada sebagian kalimat
yang begitu menyita perhatiannya, lalu batinnya menggumam sendiri,
membaca sekilas ayat Allah tersebut;<br />
.<br />
<i>--“ ... Dan sesungguhnya
kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain)
dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan ....” (*<br /> </i>. <br />
Apakah
remaja tadi juga termasuk korban hawa napsu sebagian orang yang bicara
tanpa pengetahuan? Dokter hasan membatin. Wallahu’alam, segera
dijawabnya kembaki pikirannya yang melintas begitu saja. Perasaannya
takut, termasuk yang mendahului Allah dan Rasul dengan menganggap telah
memahami dengan sebenarnya akan akan ayat itu. Lalu kedua matanya sekali
membaca satu ayat itu. Kali ini ia perhatikan satu ayat seluruhnya,
dengan lengkap; <br />
.<br />
<i>--- “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binat</i><wbr></wbr><i><span class="word_break"></span>ang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,</i><wbr></wbr><i><span class="word_break"></span>
padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan
sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan
(orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas.” ---</i><br />
. <br />
Demi membacanya berulang, seketika Dokter Hasan
merasakan pikirannya penuh. Hingga tak Adzan Dzuhur terdengar, dirinya
baru kuasa menutup kitab suci yang dipegangnya.<br />
***<br />
.<br />
Di
Kampung Sukatani, kebanyakan para penduduknya terbiasa bangun sejak
malam belum beranjak sepenuhnya. Selepas para lelakinya berjamaah shalat
subuh di Langgar, biasanya mereka bercengkrama sejenak, satu sama lain,
sebelum masing-masing dari mereka pergi ke ladang atau sawah. Dokter
Hasan kali termasuk di dalamnya, ikut berbaur dengan para warga setempat
meski hanya diam dan mendengarkan. Sebagai seorang pendatang, Dokter
Hasan terlalu sungkan untuk ikut bicara, dan juga ... dirinya memang
kurang mengenal apa-apa tentang pertanian.<br />
.<br />
Akhirnya satu
persatu jamaah Langgar berlalu, tinggalah dia sendiri di langar itu.
Tidak jauh dari tempatnya duduk bersila, nampak sebuah rumah sederhana
di sebalik jendela. Mungkin rumah Ajengan, atau salah satu rumah
pengurus Langgar, batinnya bergumam. Hingga nampak seorang perempuan
keluar dari rumah dengan gagang sapu, Dokter Hasan seketika memalingkan
mata, dengan wajah memerah.<br />
.<br />
Mmmm, ada yang tau kenapa? Eh +_+<br />
.<br />
Ar, 05 Okt 2019<br />
.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyxu0EgTWnIRPzWnYFccpllxW-w14u4_7um8oG5OYtJFfGnX-I0HUhAC-pHJQev9rSQZfvIVjAX0RK3kmz5cPcTD19B0LCJwmWHLWFWImmX8BikfN4D7VuMg8H6BiSR560OzhyphenhyphenR80f6dFd/s1600/69573594_2331388770229969_1206634885301665792_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="600" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyxu0EgTWnIRPzWnYFccpllxW-w14u4_7um8oG5OYtJFfGnX-I0HUhAC-pHJQev9rSQZfvIVjAX0RK3kmz5cPcTD19B0LCJwmWHLWFWImmX8BikfN4D7VuMg8H6BiSR560OzhyphenhyphenR80f6dFd/s200/69573594_2331388770229969_1206634885301665792_n.jpg" width="150" /></a><b><i>Footnote:</i></b><br />
*) Sangat mungkin Mushaf Al Qur'an yang dibaca di kisah fiksi ini
adalah Al Qur'an yang penulis jual, jika minat boleh segera pesan hehehe
...<br />
.<br />
Tapi penampakannya bisa lihat gambar. Itu model Qur'an travel yang
bersampul tahan air, dengan kertas QPP yang tahan hingga seratus tahun,
ada kompas, mini sajadah, dan kantung kecil untuk menyimpa kartu di
dalamnya. Hayukkk! Baca Qur'annya.<br />
.<br />
<span class="cj ck" title="smile emotikon"><img alt="" class="p" height="16" role="presentation" src="https://z-m-static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/t4c/1/16/1f642.png?_nc_eui2=AeEb50QU2z5e19cvHaiLBRkdydhCJ3gcg5HEgVue8pENNDuOJCeSrtGgBh7x27FSh-_xU9i4WUeTXRBmUdZXclfX2yFMi6Dz3HUoSP6CSDEfPw" width="16" /></span></div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-88322263039559298052019-10-08T15:33:00.002+07:002019-10-08T15:50:03.946+07:00PENONTON .<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii8dPzFAdf2mFtzkxI9yOXF4ubx4bSjrgd4Hhdzdx-QtUhWnAV8tWiPr-QGXYFIfW2xvjQxwdbJZhfbyS9KcEsnJUvwVHxP8yD7FypuBFNYCKqqPFbYWKovH72k2fYOQ1KOGG8UCBDrbxu/s1600/tahanan+lansia.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="439" data-original-width="780" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii8dPzFAdf2mFtzkxI9yOXF4ubx4bSjrgd4Hhdzdx-QtUhWnAV8tWiPr-QGXYFIfW2xvjQxwdbJZhfbyS9KcEsnJUvwVHxP8yD7FypuBFNYCKqqPFbYWKovH72k2fYOQ1KOGG8UCBDrbxu/s320/tahanan+lansia.jpeg" width="320" /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwd7ZKslQnZHkQ968PMUlo71bYeZTvQnIxh8qjhLGCMViB1ZBDMKcYMfKbAs7ztjCkPO-CoG9eMETKtoswtZAGamr7h-r6YGcyEBJPgT8mDCvr0ia6QgID-6rZjnIOncMtsCiwThtRUZEa/s1600/termenung.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><b>Pagi</b> kulihat menyeret semua orang untuk bekerja,
mengundang dengan gigilnya untuk bangun dan berangkat paling pagi,
karena telat beberapa menit saja telah membiarkan waktu dibuang percuma
dalam kemacetan. Aku tertawa melihatnya, merasakan menang dengan
pekerjanku yang dianggap merdeka, tidak terjajah rutinitas. Terlebih
waktu terlalu sayang jika hanya dihabiskan mencari makan. Tapi aku ragu
dengan makna kebebasan yang aku inginkan. Aku bosan.<br />
*<br />
.<br />
Mentari terus merangkak naik. Masih dengan rambut rocker khas orang
bangun tidur, kusesapi segelas kopi panas gratis seraya memandangi
banyak manusia hilir mudik. Aku iri dengan semangat mereka, terlepas
karena apa. Setidaknya mereka merasa mantap dengan rutinitas
sehari-hari, tapi mereka mau kemana setelah tersibuk-sibuk seharian itu?
Pasti pulang kerumah. Ah aku bertindak lebih cepat dan praktis, tqk
perlu pergi kemana-mana, karena tos nantinya kembali pulang, lalu tidur.
Sama saja.<br />
**<br />
.<br />
Hari beranjak mulai terik, kopi telah
tandas. Apalagi? Menulis serasa buntu tanpa riset. Aku harus berangkat,
tapi kemana? Dimana para ide-ide itu berkumpul? Dan ah ya, mungkin
ide-ide yang harus kukejar itu pun kelak akan pulang juga kerumah, dan
tidur. Aku cukup menunggu mereka disini, dan kembali tidur.<br />
***<br />
.<br />
Hari kian terik, telah cukup membuat semua orang bermandikan peluh bagi
yang terus bergerak. Saat terbangun, kulihat di ujung jendela banyak
manusia masih dengan hiruk pikuk mengejar berbagai tujuannya dengan
mantap. Aku masih disini, mengejar kemerdekaan demi merasai waktu yang
terlalu berharga jika hanya untuk menabung tinja di jamban. Tapi aku
bosan, jika hanya jadi penonton idealismeku sendiri.<br />
-<br />
<br />
#Sumber gambar : <a href="https://news.detik.com/foto-news/d-3916532/potret-kondisi-tahanan-lansia-di-jeruji-besi-jepang/2" target="_blank">news.detik.com</a><br />
.<br />
Ar, Jan 2019</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-60638585748623845972019-10-08T08:22:00.004+07:002019-10-08T08:22:40.788+07:00TUMPAH RUAH SELEPAS HUJAN -<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrBXJMvUgZSFFdXQZbMPAp7s6XEAqhOpXwU1tLVbVtwpK0K0_ikxHu1eCIulmO6sgkv-6WsHbraviF_2RPbK6CEXIfmu4ukgbCGuKDf_jmm5K3H5JM2vZFPW-vyR8I0U0WHKSCxjiAZtSS/s1600/tak+punya+jamban.PNG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="502" data-original-width="587" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrBXJMvUgZSFFdXQZbMPAp7s6XEAqhOpXwU1tLVbVtwpK0K0_ikxHu1eCIulmO6sgkv-6WsHbraviF_2RPbK6CEXIfmu4ukgbCGuKDf_jmm5K3H5JM2vZFPW-vyR8I0U0WHKSCxjiAZtSS/s320/tak+punya+jamban.PNG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> Semakin senja</b>, jalanan semakin ramai. Kali ini bukan hanya mahluk berjalan yang memakmurkan jalan raya, namun juga tai-tai beraneka ragam bentuk dan warna yang terusir deras air hujan dari persembunyiannya sekian kemarau. Dari warnanya yang gelap, dapat dipastikan tai-tai itu kian lama bersembunyi di got-got, namun banyak juga tai-tai segar kiriman penduduk kota yang telah putus asa menyediakan septitank untuk tai kolektifnya. Tai segar maupun lama sama saja, --bau, dan nyaris tanpa bentuk, terombang-ambing gelombang air meluap naik ke jalan raya.<br />-<br /> "Peduli setan! bisa hidup saja sudah syukur." Perempuan di sebelahku ini enteng saja membalas keterkejutanku, karena menyaksikan rombongan berbagai tai yang melintas anggun itu membuatku menutup hidung.<br />-<br /> “ Baiklah, semua sudah berusaha melempar tai seterhormat mungkin dengan membuat tempat-tempat tertutup, haha.” Aku tertawa mendengarnya. Entah mengapa ia seperti tersinggung, namun ia telah mengusai ilmu seni yang kupikir tidak diajarkan di sekolah-sekolah, sebuah seni membalas cibiran dengan begitu menggelikan. Setidaknya cukup lucu buatku, dan hiburan ini gratis. Perempuan cantik ini sungguh supel dalam berbicara, gerak-geriknya menarik, dan ia bersikap seolah aku adalah lelaki paling laki-laki di muka bumi.<br />-<br /> Angin mengalun sedikit dingin, jalan-jalan kini basah selepas derasnya hujan, lalu jalanan kembali riuh-ramai dengan pengendara yang melanjutkan perjalanan saat hujan mereda. Seketika suasana kurasakan menghangat dengan cepat.<br /><br />***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> Namanya Nhia, seorang perempuan berwajah keras yang kukenali saat senja begitu membosankan. saat itu kami sama-sama terjebak kepenatan rutinitas sebagaimana para pengguna Bus Kota. Wajahnya yang jutek itu terlihat lucu saat harus rela berdesakan hingga sesak, sehanya ingin lebih irit beberapa ribu rupiah untuk ongkos pulang. Hingga kami dekat dengan sendirinya, hanya karena senyum yang tak sengaja kulempar sejak wajahnya menekuk menyesaki Bus Kota yang memang penuh. Dan ajaib! Ia meresponnya lebih. Hingga Sejak saat itu kusadari sebuah senyum memang bisa begitu bermakna, bahkan banyak makna.<br />-<br /> Kesan pertama begitu menggoda, tapi selanjutnya harus kusesali karena kami putus sehari selepas hujan senja, hanya karena perdebatan rombongan tai-tai yang meluap ke tepi jalan itu kami bahas panjang lebar hingga ke air seni.<br />-<br /> Sebagaimana pemuda yang patah hati ditinggal pacar, aku rasakan hari-hari gersang tanpa semangat. Tiada ada lagi warna-warna indahnya hidup yang merangsangku bergerak, kecuali mencari tempat mencurahkan air seni dan melempar tai, lalu mencari bahan-bahan mentah dan segala sarana untuk pembuatannya.<br />-<br /> Sejak saat itu, tai-tai begitu horor buatku, termasuk tai-tai kolektif yang meruah tumpah di tepi jalan raya saat got mampet tertutup sampah itu. Sialnya, kenangan bermalam dengan perempuan itu ikut serta menghantui. Karena dari perbincangan tai-tai kolektif, Nhia juga membicarakan air seni kolektif, dan kami berbeda pandangan dalam hal penuangan air seni itu. Jadilah aku merasakan terdampar sendiri di rimba kota penuh banjir tai dan air seni sendirian. Sungguh sedih , merasakan dilema antara takut dan butuh. Takut aromanya tercium, namun butuh pelampiasan sebagai mana penuangan seniman dengan air seninya.<br />-<br /> Meski hubungan kami yang terlahir dari main-main melempar senyum, namun pada akhirnya hatiku jelas-jelas tidak ingin dipermainkan. Namun tidak demikian dengan Nhia, setiap jawaban sarkasnya yang serius, ternyata tidak serius dengan hatinya. Aku, dimatanya tidak berbeda dengan lelaki lainnya, yang mendapat balasan balik atas setiap hasrat yang ingin di ungkapkan. Kebetulan</div>
<div style="text-align: justify;">
sama-sama sedang sendiri saja, katanya. Hingga berbagai kesempatan, mengijinkan kami bersama.<br />**</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Inilah kronologis bagaimana akhirnya kami harus putus semalam setelah jadian;</i><br />-<br /> Dari tai kolektif, perbincangan merembet ke air seni kolektif, yang aku ketahui belakangan senang mengoleksi berbagai macam air seni. Demi ketulusan, Nhia membuka diri sepolos-polosnya. Lalu kami saling mendapati kecocokan dan kepuasan.<br />-<br /> Hingga dengan serius aku utarakan perasaanku untuk menikahinya, tapi Nhia menolak. Karena menurutnya, seniman itu tidak boleh terikat demi kemurnian karya seni itu sendiri, begitu pun curahan air seni seorang lelaki. Nhia menolak superioritas air seni seorang lelaki atas perempuan. Sejak saat itu aku benci seni karena aturan pandangannya yang liar tidak menentu, seperti air seni keluar dari alat kelamin yang sama, namun sering dituangkan sembarangan.<br />-<br /> Para seniman memang bisa saja membela diri atas keterdesakan kebutuhan dirinya mencurahkan air seni, yang jika semakin ditahan akan semakin menyakitkan. Namun pasti tidak semua menerima, jika air seni itu dituangkan juga ke dalam botol-botol kemasan, lalu dijual bebas, hingga ditenggak habis orang-orang kehausan. Menurutku, bicara hak asasi curahan para seniman memang harus banyak belajar dari alat kelamin dan air seninya sendiri. dan itu penting bagi setiap penuang air seni bermoral. Tapi Nhia berpandangan lain.<br />-<br /> Sebagai mana tai yang kami saksikan bersama selepas hujan di tepi jalan raya itu, air seni dewasa pun bisa dicurahkan secara kolektif (selain perorangan). Nhia terus bersikukuh dengan pemikirannya, karena menurutnya air seni dan tai itu dikeluarkan dari tempat yang begitu berdekatan, juga sama-sama mendesak, dan hanya beda wujud saja. “Jika tai saja bisa terkumpul secara kolektif di sebuang tabung septitank, mengapa air seni dewasa tidak?” Kata Nhia serius.<br />-<br /> Sebagai lelaki yang ingin bertanggung jawab, aku menolak keras pemikiran Nhia tentang bolehnya penuangan seni secara kolektif itu. Hingga perdebatan memuncak, memunculkan amarah dan serapah.<br />-<br /> “Dasar pelacur ...”<br />Kesabaranku jebol, membuat melontarkan sebuah kata yang kupikir harusnya paling menyakitkan bagi perempuan. Tapi beda dengan Nhia, masih tetap dengan khas wajahnya yang keras, lagi-lagi ia membalas dengan penuh citarasa seni;<br />-<br /> “Dasar egois! Seenaknya saja ingin mengusai fasilitas umum.” Katanya tenang, masih dengan penuh penghayatan.<br />-<br />ar<br />Bandung, 29 Okt. 2018<br />#pict:<br />ss dari <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/08/07202701/ini-solusi-pemprov-dki-atasi-masalah-limbah-wc-dibuang-ke-kali">https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/08/07202701/ini-solusi-pemprov-dki-atasi-masalah-limbah-wc-dibuang-ke-kali</a></div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-83520727717545791752019-10-05T05:50:00.001+07:002019-10-05T05:50:21.014+07:00Panik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"TOLONG! TOLONG!!," Suara jeritan seorang bapak paruh baya seketika memecah malam yang sudah kian larut. Lalu segera ku beranjak keluar, demi kudengarkan suara sangat mendesak.<br />-<br />Setiba di luar, ternyata para tetangga yang lainpun telah berhamburan keluar, menuju satu asal suara yang ternyata berasal dari rumah Dokter Budi; seorang dokter spesialis anak di Rumah Sakit elit kota.<br />-<br />"ADA APA PAK?!, "Aku bertanya ikut panik, demi dilihat keadaan Dokter budi terduduk begitu histeris. Keadaannya begitu mengenaskan sebatas memakai sarung hingga pinggang, Pak Dokter kelonjotan meraung-raung, terus teriak minta tolong, sambil tangannya menunjuk-nunjuk kearah kamar.<br />Para tetangga yang lain tengah begitu tegang bercampur heran.<br />-<br />"Tenanglah dulu pak, ada apa sebenarnya?" Ku coba menepuk pundak Dokter Budi, lalu menyuruhnya minum setelah salah seorang menyodorkan air kemasan ke arah kami.<br />-<br />"Tolong, anak saya deman.." Dokter Budi terus saja menunjuk-nunjuk ke arah kediamannya sendiri.<br />Semua makin panik, karena tidak ada seorangpun di antara kami yang lebih mengenal medis dibanding Dokter Budi sendiri.<br />-<br />-ar<br />-Bdg, 29juni2017<div class="" data-block="true" data-editor="kfgv" data-offset-key="a2rcr-0-0" style="box-sizing: border-box; font-family: myriadproregular, sans-serif; font-size: 18px;">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="a2rcr-0-0" style="box-sizing: border-box;">
<span data-offset-key="a2rcr-0-0" style="box-sizing: border-box;"><u><br /></u></span>
</div>
</div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-44219550272992427912019-10-05T00:02:00.001+07:002019-10-05T00:51:12.902+07:00Review Novel Assalamualaikum Adhea 2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlSpnKaEySBECVMtFUDxsSC4sSwIaAGQRk7_6qJ9NsTMhXSNGQXpsLW6bdFE5xh41jusJ4e5yxlRyyPhHdIA2WpmbFhwMf-UKOnLoH7RBDJtshJtiooc_H-k6jH-LmmHEG8qVauH2vICpI/s1600/IMG_20191001_103531.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlSpnKaEySBECVMtFUDxsSC4sSwIaAGQRk7_6qJ9NsTMhXSNGQXpsLW6bdFE5xh41jusJ4e5yxlRyyPhHdIA2WpmbFhwMf-UKOnLoH7RBDJtshJtiooc_H-k6jH-LmmHEG8qVauH2vICpI/s320/IMG_20191001_103531.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
Buah karya <a href="https://www.facebook.com/anne.mursyid" target="_blank">Anne Mursyid</a>
</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
Di review novel Assalamualaikum Adhea 2 kali ini sepertinya
si pereview musti mengakui bahwa author telah berhasil menulis sebuah novel
psikologi remaja yang begitu mengobok-ngobok kejiwaan para pembaca. Bagaimana
tidak sukar Gaes! Biasanya kan remaja-Remaji itu digambarkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>riang dan meledak-ledak, atau melow yang tidak
terkontrol, atau lebay on the way (eh ). Hingga para penulis novel remaja biasanya
membubuhkan banyak dialog untuk memuluskan jalan cerita sebagai ciri khan
keremajaa genrenya. Selamat! penulis telah sukses mengkombinasikan antara<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>paparan kejiwaan yang penuh haru-biru dengan
percakapan segar khas remaja dengan pas untuk sebuah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>novel Psikologi Remaja yang . </div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Well, dua figur yang jadi pemeran
utama di jilid kedua ini (Adhe dan Dhea) nampak membuat bingung sang author
untuk memilih satu (di antara dua pemeran utama) untuk dikurangi jam tayangnya.
Maka di jilid dua inilah Adhe mengambil porsi lebih banyak--tampil.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>.</div>
<div class="MsoNormal">
Seperti yang dikisahkan di Novel Assalamualaikum1 (jilid
sebelumnya); di akhir ceritanya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adhe
mesti terpisah dengan ibu yang selalu menyayang-manja, dan keempat sahabat
dekatnya di Armada lima, juga Dhea-nya sendiri (eh).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Maka di Novel Assalamualikum yang
kedua ini penulis melukiskan bagaimana kejiwaan seorang remaja yang merasa
dibuang oleh kakaknya sendiri, atau mungkin merasa terbuang namun tidak berani
menyalahkan kenyataan (baca! Takdir). Hingga Adhe hanya bisa memendam amarah
itu sendiri yang dapat dirasakan oleh teman-teman barunya di kamar Ali bin Abi
Thalib tempat Adhe mukim selama nyantri di Pesantren Al Muhibbin Jombang, Jawa
Timur. Adhe kian terlihat sifat melankolisnya. Sedang Dhea <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>makin diperlihatkan sikap lebih dewasa sebagai
seorang perempuan dalam menyesapi kerinduannya yang kadang membuat bingung
laki-laki ( wkwkwk).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Sebulan berlalu, enam bulan
berlalu. Sedikit demi sedikit dikisahkan seorang Adhe berusaha tabah dengan
lingkungan baru dengan menerima keadaan yang juga asing dengan dirinya. Hingga kerap
Adhe memngingat Kak Bayu yang keras itu; Yang ingin adiknya menjadi kebanggan
orang tua di dunia dan akhirat sebagai insan yang berbakti kepada nusa dan
agamanya. Hingga pola pikir Adhe soal pendidikan di pesantren berubah sedikit
demi sedikit. Dipastikannya sendiri oleh Adhe, bahwa semua rumor negatif di
mata masyarakat itu salah total (tak percaya? Coba nyantri sonoh!).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Meski kesan baik dan kelebihan
pola pendidikan pesantren telah dirasakan Adhe daripada sekolah umum di sekolah
asal, rupanya amarahnya itu masih datang seperti angin yang datang tiba-tiba, tidak
terduga. Setiap kali teringat kampung halaman, teringat Armada Lima, juga
Dhea--yang dengan sembunyi-sembunyi dicintainya dalam diam itu- lagi-lagi
membuat perasaan terasing dan dibuang itu kembali. Hingga suatu saat Adhe nekad
kabur dari pesantren hanya karena melihat Bus Antar Kota saat hendak menemani
sahabatnya mengambil uang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ATM di luar
area Pesantren.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sedikit pendapat pereview ya Gaes! Memang ... Lingkungan
pesantren yang Islami tidak menjamin semua orang yang berada dilingkungannya
atau lulusannya akan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>beramal Islami.
Namun kita harus tahu, bahwa system pesantren jauh lebih efektif mendukung para
santrinya untuk tetap fokus menuntut ilmu dan beradab. Misal, dengan dipisahkannya
siswa dan siswi ddi kelas dan asrama untuk menghindari khalwat yang kerap
menjurus ke cinlok. Karena cinlok bagi pelajar itu memang kasus umum yang
sering bikin gagal fokus kepada pelajar. Dengan penekanan pemahaman dan
pengamalan Akidah Ahlak dari kajian Talimul Adab yang dibudayakan di keseharian
para santri-santrinya. Alangkah baiknya jika penulis Film D’ SANTRI juga
membaca dan memahami maksud system aturan pesantren di novel ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>OK Lanjut ...</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Hingga Adhe—akhirnya-menetapkan
diri untuk menjadi santri sebaik-baiknya. Karakter Adhe yang melow kini jadi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lebih bijak dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memahami maksud kak Bayu mengirim Adhe ke
pesantren, seiring <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>amarah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adhe dengan kenyataan yang kian surut. Hingga
Adhe juga akhirnya dapat melihat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kebaikan
para teman-temannya yang sejak awal kenal selalu berusaha menyemangati dan
menyabarkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adhe untuk betah di
Pesantren.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Tapi siapa yang sadar? Jika gerak
rindu itu nyatanya kian bertambah. Hingga Adhe sempat kabur dari pesantren
hanya karena merasa suntuk dan teringat kampung halaman. Arti sebuah persabatan
dan cinta di ulas dengan halus di novel ini. Dan di jilid kedua ini, kita dapat
melihat dengan lebih jelas bagaimana membedakan kelebihan dan keunikan di
antara keduanya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Di novel juga banyak istilah
percakapan bahasa Arab yang terjemahnya justru di jelaskan sang penulis dengan
percakapan para tokonya lagi (penjelasan tanpa fotenote atau catatan kecil) di keseharian
para santri dipesantren, hingga—sedikitnya- kita juga akan tahu dan mudah-mudah
mengerti akan percakapan dasar seorang santri dalam bahasa Arab.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Meski novel ini pemeran utamanya cenderung
berkutat dangan kejiwaan para remaja yang melow becampur riang, enerjik, juga gokil
meledak-ledak karena rindu, marah, kesal, bosan, dan kekerasan watak. Novel ini
juga bagus untuk mengenalkan dan membiasakan suasana pesantren kepada para remaja
agar betah menuntut ilmu agama dan mau nyantri di pesantren. Novel ini cocok
untuk remaja dan orang tua, yang masing-masing dari dua generasi yang berbeda
itu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>akan mendapat banyak keuntungan ilmu
yang berharga. (Baca sendiri deh kalo nggak percaya :D )</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Lalu. Eh eh eh ... Masih
sempat-sempatnya sang penulis juga membubuhi tiap chapter yang bejibun itu
dengan Quotes yang kuat akan doa dan rindu (Seperti Quotes paling atas). Selain
itu, penulis juga sempat menyisipkan peluruskan rumor negatif yang kadung mengakar
urat di masyarakat. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Misal; Soal kasus
kehilangan sendal jamaah yang seakan jadi biasa di masjid yang suci nan mulia.
Atau pola hukuman yang diterapkan kepada para pelanggar justru tidak mendidik
hingga makin membuat sipelaku tidak mengerti dengan pentingnya aturan. Dan
penulis novel ini telah dengan rapi menjelaskan semuanya dengan tidak menggurui.
Hmmm ... </div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Sejak dari awal kisah, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nasib pemeran utama memang terus bergumul
dengan kejiwaan dan kenyataan yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>awalnya susah payah untuk dapat diterima. Namun,
seiring kita terus membaca lembar ke lembar dari novel ini, berbagai pelajaran
pelembut jiwa dan pengukuh cita seorang remaja akan kita terus dapati dengan
lirih merenda ke akhir cerita <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(wow!).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Ya!<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Akhirnya, saat pulang kampung bagi Adhe telah
tiba. Segala rindu dan bahan cerita menarik telah dikemasnya dengan rapih untuk
keluarga, sahabat dan Dhea sendiri (yang perempuan itu yang jadi sebab dirinya
mendapatkan pelajaran sangat berharga untuk mengenal dan merasakan cinta
pertama). Tapi siapa sangka, ternyata penulis memutuskan kerinduan Adhe kepada
Dhea diperpanjang ... Gaes! Teganya tuh author huuuu (mewek deh yang review,
rasanya telak di PHP, dan jadi makin penasaran dengan ending sebenarnya T_T) </div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Untuk itulah, kita harus terus membeli
dan mengikuti kisah remaja-remaji <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di
Novel Assalamualaikum 3 kedepan. Dan novel ini bener-bener bikin baper Gaes ...
Maka jangan lupa Taawuz Basmalah sebelum baca, eh :D</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Diamku adalah mencintaimu,
diamku adalah mendoakanmu ....” </div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
--- Salah satu Quotes AA2 -<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Ar, 4 Okt 2019</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
#review_buku_indie</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-50490861845573919972019-10-04T01:12:00.000+07:002019-10-04T01:12:37.487+07:00Perjodohan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<br />
"Hmm, soal jodoh itu memang aneh ya; Kita misal, yang sebelumnya berjauhan, tidak pernah bertemu, bahkan membayangkannya saja mungkin tidak sejelas kini lalu dipersatukan hingga sedekat ini. Meski ... juga dengan segala keanehan baru yang nampak." Katamu tiba-tiba.<br />
<br />
Kulihat kau kembali terdiam, namun buku tebal yang kau baca telah tertutup. Merenung, terdiam. Seakan ada kalimat lain yang ingin terucap, namun kau tetap diam.<br />
<br />
"Iya, banyak teman bilang. Kok bisa dapet berondong?" Aku berkelakar, coba mencairkan wajahmu yang kaku. Buku itu mungkin terlalu berat bagimu, namun begitu memengaruhi.<br />
<br />
"Itu perkataan asal jeplak," Katamu meninggi. Aku bingung, apa yang salah dengan kataku tadi. Tapi ku memilih diam, sesekali kulihat kau membaca kembali. Buku itu lagi, buku yang hampir melampaui ketebalan Al-Qur'an, yang sering mencuri bulan-bulan madu kita.<br />
<br />
"Mmm, maksudnya keanehan baru gimana, tadi?" Kuabaikan sedikit kecewa, sedikit canda bagimu mungkin menjadi salah. Dan aku selalu ingin membuatmu nyaman, meski dengan berdiam saja. Atau masuk sekalian pada alam fikirmu yang kurasa keras, kurasa terlalu 'saklek'.<br />
<br />
"Aneh, bagaimana aku sampai hati mencintai mahluk ribet sepertimu? Haha" Katamu enteng, kini wajahmu mengendur. Namun kini aku yang tersinggung.<br />
<br />
"Maksudnya mahluk ribet?!" Seketika aku meninggi, tidak dapat bersabar lagi. Namun kau tetap tertawa kecil, seakan mencandai seorang gadis kecil di taman bermain.<br />
<br />
"Maaf sayang, tapi itulah yang kulihat. Kaum kalian, kaum Hawa; berbusana anggun tidak sesimpel para lelaki, terlihat lemah dan lembut. Namun anehnya kaum lelaki suka, bahkan banyak yang menggilai kaum kalian. Padahal bila semua keanehan itu berlaku pada ku, kaum Adam. Takkan pernah mau, naudzubillah" Kau kembali tertawa, mengabaikan ku yang tidak ikut tertawa karena akulah peran utama kekonyolan.<br />
<br />
"Hey, aku becanda.. Maaf" Tawamu tiba-tiba terhenti, kulihat wajahmu sedikit takut bercampur khawatir. Mungkin baru menyadari ataupun teringat. bahwa kami; kaum Hawa begitu sensitif perasaannya.<br />
<br />
"Iya, perempuan memang aneh, memang ribet. Lalu kenapa Kalian mau ngejar-ngejar?"Aku melipat muka, kamu makin merasa bersalah. Lucu sekali, geli melihatmu seperti itu.<br />
<br />
"Oh sayang. Maaf... Ya? Ya!?" Kau memelas, namun dalam hati aku tersenyum, rasanya aku telah menang kali ini.<br />
<br />
#Tsabita, do'a seorang ibu</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-63744762965375582582019-10-04T00:35:00.001+07:002019-10-04T00:35:20.519+07:00BERKELAMIN BERKENCAN BERKECAM-KECAM <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKlE7RVWtRpYnYgOUEFgj2ZBau99gL61Nq41i_GlO1ZVv1z9zkWQF7Gx1d-CVlpmO2_jwBkYHIHg5gSyBUjJ5M9uxwlUwczQ9NqcVeA2oWZ-RC-tagR43dlLsmf_kqrmhH9KM2dZn7651s/s1600/White+and+Blue+Simple+Autobiography+Book+Cover.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1003" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKlE7RVWtRpYnYgOUEFgj2ZBau99gL61Nq41i_GlO1ZVv1z9zkWQF7Gx1d-CVlpmO2_jwBkYHIHg5gSyBUjJ5M9uxwlUwczQ9NqcVeA2oWZ-RC-tagR43dlLsmf_kqrmhH9KM2dZn7651s/s320/White+and+Blue+Simple+Autobiography+Book+Cover.png" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
pagi yang tabah<br /> sendiri ia</div>
<div style="text-align: left;">
melihat dedaunan lapar<br /> kehausan, kekeringan, kematian<br /><span> berlembar-lemba</span>r</div>
<div style="text-align: left;">
gugur menghampar</div>
<div class="_2vj8">
di riuh angin mencari pusaran<br /> /<br /> tangis, tak sempat lagi menunggui hati<br /> ringkih langkah hingga patah digusur hari<br /> semakin ramai semakin sepi<br /> ---semakin lama semakin mati<br /> tak lagi ada yang bernyanyi<br /> /<br /> pagi yang tabah<br /> riuh<br /> menengadah<br /> merenda, merendah, dan merekah<br /> ratapi langit-langit yang terbelah<br /> /<br /> ah! tanah-tanah kian patah<br /> jurang-jurang telah memisah begitu parah<br /> mengangkang ia, ingin basah<br /> mendesah ia, inginkan langkah<br /> tanpa muka, yang beranak kian lucah<br /> /<br /> pagi yang tabah pun teringin<br /> berputar riang</div>
<div class="_2vj8">
menatapi cermin<br /> berkelamin, berkencan, berkecam-kecam<br /> /<br /> ar, 3 okt 2019</div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-29646322132600538702019-10-01T08:36:00.001+07:002019-10-01T08:36:17.859+07:00YANG MEMAKAN TUHANNYA SENDIRI .<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3E7GRG4UXkVaSh3Qzyv9VR8OC4tVyIkNrhrvJP44ybrHsc-pFyW0DWXPJtUj49bBfdtBkGioKH884e-yacbNz_JsrXWlFPYRV2J55fB6NHbSP-lZY_oL9VSmlLCRXdBAcoRB-octK5G35/s1600/roti+liberty.PNG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="504" data-original-width="502" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3E7GRG4UXkVaSh3Qzyv9VR8OC4tVyIkNrhrvJP44ybrHsc-pFyW0DWXPJtUj49bBfdtBkGioKH884e-yacbNz_JsrXWlFPYRV2J55fB6NHbSP-lZY_oL9VSmlLCRXdBAcoRB-octK5G35/s320/roti+liberty.PNG" width="316" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Siapa yang tidak ingin tenar</b> seperti ’Amr bin Luhay? Yang sejak
kedatangannya dari negri makmur yang maju, lelaki itu kian populer dan banyak
diikuti orang-orang di Mekkah. Kekayaan, Ketenaran, telah membuat pamor
intelektualnya kian bersinar di mata para penduduk Kota Mekkah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang fanatik kepada spiritual dan kegagahan.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kedatangannya dari
Negri Syam disambut para penduduk kota Mekkah sebagai pembaharu yang berhasil.
Lihat saja, banyak oranf pintar yang iri atas konsep ketuhanan yang dibawanya.
Membuat iri para kahin ortodoks karena keluwesan ajarannya menuju tuhan. Selain
mendekatkan kebaktian kepada Tuhan, ajarannya juga dirasa selaras dengan budaya
penduduk yang terbiasa sibuk dengan perdagangan. Dengan isme yang dibawanya,
para pengejar dunia dan akhirat dapat dibersamakan dalam ajarannya. Jenius
bukan? Dan kau tidak mau kalah.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sejak kedatangan
pembaharu teologi ketuhanan itu, kini kota mekkah mulai dibanjiri banyak ajaran
teologi dari luar kota, bahkan hingga lebih dari tiga ratus para peminpinnya
yang dengan bangga menyerahkan berbagai simbol kepada pemegang kunci mekkah.
Sekali lagi kau tidak mau kalah. Kau berpikir keras untuk mengungguli semua itu
meski keadaan perutmu sendiri tidak semakmur para pembaharu spiritual itu. Kau
memutar otak beberapa hari, hingga akhirnya sebersit ide itu hadir dan kau
rasakan sangat relevan dengan keadaan kota mekkah yang banyak dari penduduknya
juga kelaparan</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ah ya, bukankah
dengan menjadikan diri salah satu pembaharu di kota ini akan dengan cepat
menaikan pamor di Jazirah Arab. Ya ... ya! Mekah sebagai pusat haji juga
menjadi titik strategis menyebarkan suatu ajaran dan pemikiran keseluruh dunia.
Maka dengan segala yang kau punya, kau mulai membuat konsep ketuhanan baru. Kau
menyebutnya sebagai simbol yang membawa kemakmuran, dan memberi solusi kepada
orang-orang lapar.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Maka, pagi ini kau
bersemangat mulai membuat simbol ajaranmu, dengan segala harta yang ada. Kau
membuat patung dari roti dan hendak di serahkan kepada juru kunci ka’bah.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Wahai orang jauh,
mengapa kau ikuti orang-orang jahil itu membawa berhala dan mengotori millah
Ibrahim yang Hanif? Tidakkah kau takut kepada Allah?” salah seorang dari suku
Quraisy menegurmu. </div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
Kau lihat ia masih terlalu kecil dan tidak punya kekuaatan
sedkitipun untuk melindungi diri. Tapi meski begitu, kau coba berkata bijak
demi menggali simpatik dari para pengikutmu yang baru. Bukankah aku membawa
ajaran kemakmuran bagi orang-orang lemah? Batinmu bergumam sendiri.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ah tidak, kita bukan menyembah patung roti ini, tapi ini
semua semata-mata untuk mendekatkan kita kepada Allah saja,”</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
Kau letakan kebanggaanmu di salah satu sudut komplek tawaf.
Orang-orang mendatangimu, mendengar ceramahmu, dan di saat hari kian menerik,
perut dan pengikutmu sendiri merasakan begitu lapar karena mejelis yang panjang
hingga melupakan mencari makan.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
Akhirnya kau memotong tangan tuhanmu yang lezat berbahankan
roti itu. Para pengikutmu serentak maju, memakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tuhan selepas kau kenyang dengan lengan kanan
tuhan, dan kau lihat sekarang mereka memakan tuhanmu hingga habis.</div>
<div class="MsoNormal">
.</div>
<div class="MsoNormal">
Ar, 1 Okt 2019 </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
#Gambar hanya ilustrasi, gambar ini hasil ss dari
<a href="https://brilicious.brilio.net/" target="_blank">https://brilicious.brilio.net/ </a></div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-73599157871900607432019-09-30T09:14:00.000+07:002019-09-30T09:47:00.155+07:00Review Novel Assalamualaikum Adhea 1<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1-E-1xhXUV8HbmBVU2OgnXvydCtGS1cBOjcEg10ha2WjF5gN1ImGCnUa1j33jLvB1nceqfi_Ov4DNiqOs-jKX8eq1P_At1VYHYVya8A1xwLtV_Zk8XvrqgVoyvapmeIWqlgVBMRH06qXf/s1600/adhea1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="426" data-original-width="320" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1-E-1xhXUV8HbmBVU2OgnXvydCtGS1cBOjcEg10ha2WjF5gN1ImGCnUa1j33jLvB1nceqfi_Ov4DNiqOs-jKX8eq1P_At1VYHYVya8A1xwLtV_Zk8XvrqgVoyvapmeIWqlgVBMRH06qXf/s320/adhea1.jpg" width="240" /></a></div>
NATURALLY IT”S SO PERFECT, begitu yang terasa saat membaca novel remaja ini. Juga MASA REMAJA MASA BERJUTA RASA, begitu kura-kura, eh kira-kira, sebagaimana yang terdengar dari banyak teman saat bicara masa-masa remaja (ehm! Hehe ... )<br />.<br />Nah! Begitu juga yang dialami Adhe di novel ini, dan Dhea, sebagai lakon utama di Novel Assalamualaiku Adhea karya Anne Mursyid ini. <br />.<br /> Novel ini bercerita tentang kisah persahabatan anak remaja kelas sembilan yang solid dengan sahabat-sahabatnya, juga cinta pertama yang tidak disadari diawalnya oleh Adhe dan Dhea. Cinlok, jika boleh saya sebut, yang dengan jelas, digambarkan sebabnya kisah seru nan manisa ini dikisahkan oleh author. Dimana Adhe dan Dhea juga awalnya--hingga kenal dengan akrab-karena dipanas-panasii para kawan-kawannya untuk ikut melihat kedatangan siswi baru, pindahan dari kota Bandung Jawa Barat, ke Penajam Kalimantan Timur. Yup! Siswi baru yang menghebohkan itu tidak lain adalah Dhea sendiri. <br />.<br />Kehebohan anak laki-laki di sekolah Adhe memang bukan tanpa sebab. Dhea, selain pendiam juga cantik dan manis, wajahnya yang seakan kontras dengan kabanyakan wajah para siswi di Penajam—saat itu-juga menjadi salah satu sebab Dhea terlihat berbeda. (Baiklah, cantik itu memang relatif, tapi Dhea mamang tidak hanya cantik, tapi juga lakon utamanya, kan? eh.)<br />.<br />Dari sinilah kehidupan seorang remaja seusia Adhe, di umurnya yang menginjak kelas sembilan mulai meriak, bergejolak! hingga meriang panas dingin, mempengaruhi hati dan jiwanya( wow!), padahal Adhe sebelumnya terbiasa cuek dengan teman perempuan.<br />---Perlu saya jelaskan sebelumnya, ya ... diawal-awal novel ini, di kisahkan Adhe seabagai salah satu remaja yang termasuk beruntung, yang mendapat bekal dan kasih sayang yang cukup dari orang tua dan kakak-kakaknya—terutama Bayu, kakak Adhe yang kedua. Tapi kehadiran Dhea dari Bandung itu rupanya membuat perasaan aneh itu datang tanpa disadari Adhe sejak awal. Karena Adhe selalu ingat pesan Kakaknya Bayu; bahwa tugas utama sebagai pelajar adalah belajar, untuk itulah Adhe memilih mejaga jarak dengan para siswisangat menjaga perasaan dan hatinya untuk tidak dulu mempunyai pacar. Tapi ternyata cinta bergerak dengan sendirinya sejak berkenalan dengan Dhea, hanya saja Adhe bukan menganggap perasaan itu sebuah perasaan cinta kepada lawan jenis, tapi persahabatan.---<br />.<br />Awalnya Adhe mengenal Dhea karena di paksa para sahabanya sendiri di Genk Armada Lima di kelas 9A. Dhea yang dihebohkan banyak anak laki-laki karena kecantikannya yang tidak umum dengan kebanyakan para siswi di Penajam hingga membuat anggota Armada Lima itu penasaran. Seakan Dhea bidadari turun dari langit saja. hehehe ...<br /> .<br />Uniknya, keseruan kisah Adhe dan Dhea ini tidak melulu kisah cinta monyet semata (seperti novel remaja umumnya). Meski novel ini mengambil segmentasi remaja, cerdasnya dari penulis yang kesehariannya disibukan dengan tugas mengajar dan mempelajari keunikan jiwa anak SMP juga hingga mengupas gejala dan makna cinta sejati dengan lembut dan halus.<br /> .<br />Mari kita simak pengalan Novel ini sekilas,<br /> [[[ “Hati itu seperti kaca, mudah patah, jika hatimu kau arahkan kepada manusia ... yakinlah! Hatimu (jika begitu) akan kembali kepadamu dalam keadaan patah! Dan jika telah patah, kamu tidak akan bisa menjadikannya seperti sedia kala! Berbeda jika kamu arahkan hatimu kepada Allah ... hatimu akan lebih kokoh daripada sebelumnya, karena Allah tidak pernah memberi harapan palsu kepada hamba-Nya,” Adhe terngiang kata-kata kakaknya, yang mirip dengan ceramah Ustadz Hanan At Taki yang Adhe dengar dari Youtube.<br /> Mungkin benar, Adhe telah mengarahkan hatinya kepada Dhea, siswi pindahan yang baru dikenalnya, tapi Adhe juga berusaha membela dirinya dengan kata-kata Bu Nana—guru BK, “Rasa suka itu sunatullah, sikapi dengan bijaksana, biarkan rasa itu, tetap diam, sampai rasa itu hilang dengan sendirinya.” ]]]<br />.<br />Jenius! Penulis benar-benar menguasai apa yang di tulisnya sebagai guru bahasa yang juga merangkap sebagai guru bimbingan konseling (BK), dimana ... pergolakan jiwa Adhe dapat menguar sedemikian dalam dalam kenaturalannya sebagai remaja. Bagaimana keseharian pikiran dan jiwa seorang murid anak kelas sembilan yang hidup dalam didikan agama yang cukup ketat dalam keluarga Adhe (jangan-jangan ada sisipan curcol penulisnya juga di novel ini ya, haha :D ). Hahaha :D !<br />.<br />Ok, mari kita simak penggalan selanjutnya;<br />[[[ Tetapi Adhe hanya anak laki-laki berusia tujuh belas tahun, yang hanya tahu bahwa dia tersiksa dengan rasa yang dia pendam, dan menahan untuk bisa tetap menyukai Dhea dalam diam. ]]]<br /> .<br />Bayangkan! Adhe, seorang remaja, anak paling bungsu dalam pemanjaan ibunya, harus menghadapi pergolakan batin sedemikian rupa! Hingga gelagat emosi yang mulai aneh terlihat jelas di mata kakak Adhe yang bernama Bayu sebagai penangung jawab adik-adiknya di keluarga (Sebagaimana tadi diceritakan, Bayu seorang kakak yang begitu ketat menjaga adik-adiknya dalam urusan agama dan pendidikan.) Tapi sekali lagi saya sebut, Adhe digambarkan termasuk seorang remaja yang beruntung. Selain dengan kehadiran kawanan Armada Lima yang selalu menyertainya, Adhe juga dibesarkan dilingkungan yang tidak kurang dalam hal kasih sayang yang pembiasaan ritual agama. Hingga pergolakan batinnya yang berat itu dapat disembunyikannya di mata Dhea dan Bayu, kakaknya .<br />.<br />Dari kisah ini, Dhea pun akhirnya terkesan menyukai Adhe. Hanya saja untungnya Dhea seorang wanita (dan seorang wanita umunya lebih memilih menunggu dan memendam keberkesanan Adhe di hatinya yang sensitif. Tidak seperti keluarga Adhe, Dhea memang di besarkan di keluarga yang lebih moderat, hanya saja Dhea adalah seorang anak sulung yang secara tidak langsung mengajarinya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Soal bagaimana karakter adik laki-laki Dhea yang juga unik dikisahkan di novel ini. Cari saja! hehe.<br />.<br /> Balik lagi ke lakon utama bernama Adhe. Ya! Begitulah ... <br />Begitulah seorang remaja bernamaAdhe menghadapi anomali perasaannya, yang belum dikenalnya betul sebagaimana yang kita biasa menyebutnya sebagai perasaan cinta.<br />.<br />Adhe telah berusaha menjaga semuanya tetap baik-baik saja, hingga suatu saat, seorang teman Dhea hadir dan membuat Dhea meanngis. Adhe, yang saat itu tidak jauh bersama kawanan Armada Lima dan juga Dhea sendiri tidak terima dan bertengkar. Hingga kejadian perkelahian dengan anak SMP tetangga itu menjadi awal penyelidikan Kak Bayu dengan keadaan jiwa Adhe, adik dekatnya sendiri. Disinilah Bayu mengenalkan apa itu cinta dan pengaruhnya,<br /><br /> “Jika yang disakiti itu bukan Dhea ... Apa kau juga akan semarah itu?” <br /><br />Satu pertanyaan kakak Adhe itu telak membuat Adhe terdiam tidak menjawab. <br /><br />Bayu begitu keras dalam urusan yang satu ini, dasar tauhidnya soal cinta tidak main-main menekankan kepada Adhe. Namun dari sanalah, diri Adhe sadar telah mencintai Dhea melebihi kecintaan Allah dan Rasulnya hingga beristigfar. <br />.<br />Demi menyadari kejiwaan Adhe, yang di masa-masa saat itu harusnya menyipkan bekal ilmu dengan fokus, Bayu memutuskan akan mengirim adiknya itu ke pesantren di jawa. Bayu menyadari, bahwa adiknya itu kini telah beranjak dewasa, dan perlu penanganan lebih serius dan kondusif untuk agama dan tugas belajarnya sebagai seorang anak kelas sembilan. <br />.<br />[[[ Sampai akhirnya Adhe harus beanr-benar diam, dan menyerah kepada keputusan Bayu, Kakaknya. Menyerah kepada jarak yang menjauhkan Adhe dari sahabat-sahabat Armada Lima-nya; Junta, Bryan, Rio, dan Alfa, dan tentu saja ... juga dari Dhea---tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal-dan entah hingga sampai kapan, Adhe akan tetap diam (dengan perasaannya) <br />.<br />Baiklah, mungkin kita akan—ada-yang sedikit kesal dengan kecohan author dengan memberi judul Assalamualaikum Adhea. (aslinya aku kesel! kukira Adhea bukan singkatan dari Adhe dan Dhea ... pantesan hingga tamat membaca tokoh bernama Adhea itu nggak ada :’( ) . Tapi percaya deh! membeli novel ini takkan rugi, jika menimbang ilmu kejiwaan hakiki dan keseruan kisah didalamnya, bahkan murah! Untuk ukuran harga dan ketebalan buku hingga (Bisa pesan via aku kalo mau, murah kok! Cuma sepuluh ribu lebih mahal aja dari tarif normal, hehe).<br />.<br />Ok lanjut!<br />Akhirnya novel ini ditutup dengan SAD ENDING, hiks :’( .Tapi juga menimbulkan rasa penasaran baru bagi pembacanya;<br />Apakah cinta Adhe dan Dhea bisa terwujud? Bagaimana cara Ade menghadapi Bayu setelahnya? Bagaimana dengan para sahabat Armada Lima dengan perpisahan itu? Bagaimana dengan Dhea gadis cantik dari Bandung itu?<br />Duh ... ternyata kita harus membeli Novel lanjutannya Gaes! (Dasar author! Bisa aja ... wkwk )<br />.<br />Ok segitu dulu ya. Review Assalamualaikum 2 semoga segera menyusul. Seraya akuh menunggu kiriman Assalamualaikum 3 juga, eh hahah :D<br />.<br />>> Terima Kasih atas kepercayaan review bukunya Bu #Anne. Mursyid. Never Give Up! <<<br />.<br />Ar, 29 Sept 2019<br />
<br />#Reviewbukuindie1<br /><a href="https://kabutfiksi.blogspot.com/2019/09/review-novel-assalamualaikum-adhea-1.html">https://kabutfiksi.blogspot.com/2019/09/review-novel-assalamualaikum-adhea-1.html</a><br />
<a href="https://free.facebook.com/Arbooks-Bandung-110878773577456/">https://free.facebook.com/Arbooks-Bandung-110878773577456/</a><br />
<a href="https://free.facebook.com/kitabkmajelis/">https://free.facebook.com/kitabkmajelis/</a><br /><br />Note: Bagi yg ingin di review juga, bisa kirim dulu bukunya ke alamat saya ya, inbok dulu.</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-22668790551359730182019-09-27T13:49:00.000+07:002019-09-27T13:49:03.850+07:00Istigfar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsCX1euIhyNbhDHBkBmLrhd41tTR_kj1zdyOZqQIPXLblT-SrOrIPwf7FXqJLIclfL5-X1T1cb5jtQRT1ieDFhqTKk1HZvJ4uF1Co2rSxcFKKxTFL6y78-b-GfDgRJIbcu03AMQPt2QiQ0/s1600/burung+gereja.PNG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="510" data-original-width="777" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsCX1euIhyNbhDHBkBmLrhd41tTR_kj1zdyOZqQIPXLblT-SrOrIPwf7FXqJLIclfL5-X1T1cb5jtQRT1ieDFhqTKk1HZvJ4uF1Co2rSxcFKKxTFL6y78-b-GfDgRJIbcu03AMQPt2QiQ0/s320/burung+gereja.PNG" width="320" /></a></div>
<br /> .<br /> Di antara kelucuan manusia itu kerap mengeluh dalam
doa, "Warzukni ... warzukni ...". Sedang pikirannya terbang kian-kemari
... mencari-cari cara bagaimana menjual satu atau dua atau tiga buku,
sebagaimana yang dirasa cukup dan mungkin, yang juga menurut pikirannya
yang juga terbatas--pikiran yang seakan rezky dalam logikanya yang
sempit. Hingga di selepas berdoa sebuah notif pesan masuk, dan memesan
buku dalam jumlah ratusan. Eh bingung sendiri (bagaimana
menyanggupinya?)<br /> .<br /> Sepi order bingung, ada order bingung. Dasar
manusia, masih saja bingung dan mengeluh. Masih saja lupa, keuntungan
jualan dan ikhtiar itu dua koridor rezky yang berbeda. Kadang diberikan
bersamaan, kadang beriringan, kadang salah satunya.<br /> .<br /> Lupa,
mungkin kita sering lupa. Tangan dan kaki yang ada bisa bernilai
milyaran rupian bagi yang tuna daksa jika harus membeli (plus pasang) di
Rumah Sakit, atau ginjal yang ada, atau mata yang ada, atau bibir yang
ada, atau telinga yang ada, atau kewarasan yang ada, atau bahasa yang
ada, atau kemaluan yang ada, eh.<br /> .<br /> "Warzukni! warzukni!" Tapi di
kepalanya uang (tok'), di jiwanya pemaksaan keinginan, sekehendak
hasrat yang sering terpikir jangka pendek, lalu meminta yang tidak
dipahaminya betul. Lalu dengan congkaknya berkacak pinggang karena
kecewa atas karunia yang tidak dipandangnya sesuai keinginan.<br /> .<br /> Atas nama keberhakan diri sebagai manusia, dengan lantangnya menyangka rupa-rupa kepada Sang Pencipta.<br /> .<br /> ar '2019<br /> <a class="_58cn" data-ft="{"type":104,"tn":"*N"}" href="https://web.facebook.com/hashtag/pic?source=feed_text&epa=HASHTAG"><span class="_5afx"><span aria-label="tagar" class="_58cl _5afz">#</span><span class="_58cm">Pic</span></span></a> : Dari Bapak Erry Armanda</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-72498526996572568002019-09-25T23:39:00.000+07:002019-09-25T23:39:00.578+07:00KATA LIRIH <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span></span><br />
<div data-contents="true">
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="7nder-0-0">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_jqso82UKSWDkpDAFBLc_WE61h9iRfjEc82JZIISGM14aZxktzdmf1NNr19DcyPnBcK4-9IQttuPY9zsSlWE7zWviq4R_mEKqSlfRVM50XyYqshdSj6lN2IJK-MFYTUCpo4w6FLWAw-xI/s1600/al+fath+ayat+12.PNG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="681" data-original-width="1206" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_jqso82UKSWDkpDAFBLc_WE61h9iRfjEc82JZIISGM14aZxktzdmf1NNr19DcyPnBcK4-9IQttuPY9zsSlWE7zWviq4R_mEKqSlfRVM50XyYqshdSj6lN2IJK-MFYTUCpo4w6FLWAw-xI/s400/al+fath+ayat+12.PNG" width="400" /></a></div>
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="7nder-0-0">
<span data-offset-key="7nder-0-0"><span data-text="true"><br /></span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="5178m-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="5178m-0-0">
<span data-offset-key="5178m-0-0"><span data-text="true">/1/</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="5aq23-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="5aq23-0-0">
<span data-offset-key="5aq23-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="39joe-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="39joe-0-0">
<span data-offset-key="39joe-0-0"><span data-text="true">Adakah ... yang lebih mengerikan dari keinginan jahat? DI mana kuat-lemahnya keinginan itu tidak pernah mati mengintaimu di setiap waktu. Menunggumu lengah, seraya terus! mengumpulkan kekuatanya guna memukulmu telak, tak berdaya, tak bernyawa, meski sekedar melanjutkan harap.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="bhrqo-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="bhrqo-0-0">
<span data-offset-key="bhrqo-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="1u4k1-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="1u4k1-0-0">
<span data-offset-key="1u4k1-0-0"><span data-text="true">Hingga dunia dirasakan sebegitu hitam, tanpa kau rasakan harga diri itu nampak dan, tak membela, sedikitpun! Ya, kejujuran yang sebelumnya kau junjung sebagai kesucian itu kini serta merta menjadi hamba sang pemenggal yang tak berdaya dihadapan kesempurnaan nilai yang kau yakini, hingga memudahkanmu tuk datang dan terpenggal, keputusasaan.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="ia07-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="ia07-0-0">
<span data-offset-key="ia07-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="e8u8i-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="e8u8i-0-0">
<span data-offset-key="e8u8i-0-0"><span data-text="true">Mungkin tanpa sebab, hingga kita menyadari segala kesalahan saat terkena pahitnya menuai akibat. Tapi mungkin juga dengan sebab, yang tanpa disadari sejak lama, benih kejahatan itu dibiarkan tertabur, bertabur, ditabur ... begitu saja. Kau akui semua itu. </span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="rmt6-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="rmt6-0-0">
<span data-offset-key="rmt6-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="7iv9o-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="7iv9o-0-0">
<span data-offset-key="7iv9o-0-0"><span data-text="true">“Tuhan telah mati di dada manusia,” ujar Nietzhi di bacaanmu membenak, lalu kau setujui dan melihat, tak secercah pun sinaran layak tuk sekedar kausebut wajar, sebagai pembelaan. </span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="2uooj-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="2uooj-0-0">
<span data-offset-key="2uooj-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="1mqds-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="1mqds-0-0">
<span data-offset-key="1mqds-0-0"><span data-text="true">“Lalu untuk apa engkau hidup?” bisik ghaib dari ruang jiwamu perlahan meriuh menghakimi. “Kau, yang kian kemari memamaparkan harap kebaikan, menyuarakan indahnya kebersamaan kasih, nyatanya menyukai kejahatan? Munafiq!” ejeknya. “Ha ha ha! Munafiq!”</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="5pdg6-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="5pdg6-0-0">
<span data-offset-key="5pdg6-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="ftm7k-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="ftm7k-0-0">
<span data-offset-key="ftm7k-0-0"><span data-text="true"> Kian riuh segala suara melemparkanmu ke ketidakberdayaan, eksistensimu hilang, tapi bukan menyerah kepada Sang Maha Rahmaan. Kau diam saja, merasa tak layak, bahkan hingga Iblish--sekalipun-sebagai hakim atas kesalahanmu membabi-buta mengeyahkan kesempatanmu ... kau kata layak. Jiwa kadung terkerdil hingga merasa mahluk itu masih lebih mulia atasmu. Segala adamu terampas rasa malu dan benci kepada dirimu sendiri.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="6j74b-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="6j74b-0-0">
<span data-offset-key="6j74b-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="82pek-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="82pek-0-0">
<span data-offset-key="82pek-0-0"><span data-text="true">“Tidak ada yang lebih memalukan daripada mempermalukan kebaikan yang diperjuangkan,” tangismu sejenak membenarkan. karena borok para mafia telah teranggap biasa, sesuai dengan apa yang mereka perjuangkan. Tapi kau? Yang kerap mengaku penggiat keluhuran? </span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="32jcn-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="32jcn-0-0">
<span data-offset-key="32jcn-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="amvd3-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="amvd3-0-0">
<span data-offset-key="amvd3-0-0"><span data-text="true">Istigfar ... namun kau tidak merasakan kalimat itu hingga ke hadirat-Nya. Satu sisi kejujuran kembali berlaku melihat diri sendiri sebagai yang tak termaafkan. Kau tidak dapat lagi menangis, terlalu kesat hatimu sendiri kau rasakan, mungkin mati. Namun jiwa tidak juga diam, terus saja merasakan siksa, dan derita.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="2hjc0-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="2hjc0-0-0">
<span data-offset-key="2hjc0-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="54g8m-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="54g8m-0-0">
<span data-offset-key="54g8m-0-0"><span data-text="true">Adakah sudi seseorang mengerti? Sayup, secebis harap itu dibangkitkan. Oleh siapa? Entahlah. Dan, rasa malu terdiam, namun tidak lama kembali menghujammu, menyalahkanmu dengan mengingatkan paksa atas standar idealitas perfeksionismu sendiri.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="f7c91-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="f7c91-0-0">
<span data-offset-key="f7c91-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="5l132-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="5l132-0-0">
<span data-offset-key="5l132-0-0"><span data-text="true">AH! Jeritmu tercekik. Dan kau seketika tumbang, tak sadarkan diri.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="70mo1-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="70mo1-0-0">
<span data-offset-key="70mo1-0-0"><span data-text="true">*** </span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="n0l9-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="n0l9-0-0">
<span data-offset-key="n0l9-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="dm459-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="dm459-0-0">
<span data-offset-key="dm459-0-0"><span data-text="true"> “Bangkitlah! Anakku, Sang Maha Pemurah lebih berhak atasmu, dan tidak sejahat apa yang kau sangkakan.” </span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="bpcmn-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="bpcmn-0-0">
<span data-offset-key="bpcmn-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="6806q-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="6806q-0-0">
<span data-offset-key="6806q-0-0"><span data-text="true">Terbangun, kau dapati sesosok putih membelakangimu. Perlahan, penuh lembut suaranya kau dengarkan bagai embunan pagi melewati tenggorokanmu yang sakit kekeringan, hingga terjaga seketika.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="cqkr6-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="cqkr6-0-0">
<span data-offset-key="cqkr6-0-0"><span data-text="true">.</span></span></div>
</div>
<div class="" data-block="true" data-editor="flnrg" data-offset-key="2v3p2-0-0">
<div class="_1mf _1mj" data-offset-key="2v3p2-0-0">
<span data-offset-key="2v3p2-0-0"><span data-text="true"> Ar, 23 Sept 2019</span></span></div>
</div>
</div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-15312437901763289462019-08-06T22:47:00.002+07:002019-08-06T22:47:31.656+07:00Pada Suatu Nama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5F5mnOSWADgkT6e_GTsV4v3NnAJGf7JbnEayUpdrUv7z083wHpgxB352L6BJq-LmT0Y9bJ1PAyaIVMDQvpwynNL-yXGB8mm8dWp35nxjy8XOb7ykKcwsR_FiYMfZ7nECuW-KrTjHQOTtd/s1600/IMG_20190730_220711.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1123" data-original-width="1009" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5F5mnOSWADgkT6e_GTsV4v3NnAJGf7JbnEayUpdrUv7z083wHpgxB352L6BJq-LmT0Y9bJ1PAyaIVMDQvpwynNL-yXGB8mm8dWp35nxjy8XOb7ykKcwsR_FiYMfZ7nECuW-KrTjHQOTtd/s320/IMG_20190730_220711.JPG" width="287" /></a></div>
<br />
aku kutip segala, seinginku berlindung dari hujat. Aku pendam segala-gala kataku sendiri, sekecil nyali termamah dogma.<br />
.<br />
merah hitam luka bertimpah-timpah seusia masa, terselamatkan putih tebal bedak mama. Lalu ayah, ajarkan cara tersenyum disegala suasana.<br />
.<br />
hingga harga diri memberontak, kemapanan manja membelenggu. Liar ia menggetar segala senyum, yang reka, yang meski dusta, yang ternyata terindui akhirnya.<br />
.<br />
Engkau masih selimuti aku, selepas keterjatuhan yang karenaku sendiri telah teriak kecompang-campingan melawan dingin.<br />
.<br />
lupa, sendiriku yang tiada, hingga terhinggapi rindu tuk meronta, tertutup dusta keakuan yang kuingin ada.<br />
.<br />
tentang sebuah nama yang sentiasa mencari dan dicari. Akan sebuah nama, yang beriku hangat dan lelap. Akan sebuah nama ... Akan sebuah nama ... Akan sebuah nama ... Yang sentiasa ada. Meski tiada rasa dan aksara mampu tuk ingat dan tuliskan.<br />
.<br />
ar 2019</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-36502825172494387502019-08-06T14:42:00.001+07:002019-08-06T14:42:19.615+07:00Sofia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sofia, lelahkah dengan kata? pembenaran yang dikejar gumam dan teriak sedemi kelaziman rasa, sebuah ketenangan abadi di samudra jiwa yang beriak, takkan pernah diam.<br />
.<br />
Lingual tekstual selalu berubah sebagaimana sumbernya, jumlahnya sebanyak partikel laut yang menarik tenggelamkan para petualangnya, yang terbuai angin impian. Entah di siangnya, entah di malamnya. Aku lelah sebagai suatu kekalahan sekaligus kejujuran, namun anginnya terus saja memburu, hingga hilir mudik mengisi dada mimpi.<br />
.<br />
Sofia, di tangis tawanya petualanganmu mengarungi samudra pemikiran, selalu kunanti kau selamat di tepi evaluasi, daratan berkesudahan yang kusebutkan tadi sebagai suatu kekalahan. Dan kau, dapat ceritakan semua ... sebelum kukenalkan gerbang dunia daratan yang sama-sama tak terusiakan fana kita di dunia.<br />
.<br />
Sofia, buka matamu, basuh muka dengan secawan air samudra petualanganmu itu, mandi dan bersihkan pakaianmu,bawa secukupnya sebagai bekal petualangan selanjutnya, perjalanan kita masih panjang ke puncak altar pegunungan umat. Rimba di depan mata Sofia ... topeng garam samudra, segera berganti peluh keringat.<br />
.<br />
Sofia, sofisme, dan realisme kita yang fana.<br />
ar, 06 Agustus 2019</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7360579558079461496.post-66900864448930369372019-08-02T22:56:00.000+07:002019-08-02T22:56:02.282+07:00Amal Kesepian<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<a href="http://kabutfiksi.blogspot.com/p/cps.html" target="_blank">--cerpens-</a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Amal sedikit tersenyum pagi ini,
hanya karena dirinya terbangun setengah jam lebih awal. “Setidaknya pagi ini
lebih pagi dari kemarin.” Amal menghibur dirinya sendiri, seraya melirik ke
samping kanannya, “Ah sayang, kau begitu bergairah semalam.” Dirinya merasa
lebih jantan, mendapati seorang perempuan telanjang yang tertidur begitu
nyenyak. Lelaki mana yang tidak akan bernapsu ditawari tidur dengannya? Apalagi
untuk seorang perantauan seperti Amal yang jauh dari istri dikampung. Semalam Amalmerasa
sangat puas, beban libido yang kian lama terpendam akhirnya tersalurkan.
Dipandanginya perempuan cantik itu, tersenyum lagi,hingga ia berlalu ke kamar
mandi.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Mandi
kilat selesai beberapa menit. Hanya dengan mengenakan handuk, Amal segera
menuju meja tulis di pinggir dipan. Diliriknya seorang perempuan di atas
ranjang, ia <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masih tertidur, “Ah sayang,
kau begitu kelelahan melayaniku ya?” Amal sedikit tertawa, lagi-lagi ia merasa
bertambah jantan.Perempuan di dekatnya jadi terbangun.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Pagi
sayang.” Suara halus perempuan di ranjang Amal menyapa, dengan manja dan genit
kedua matanya menggoda.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Pagi,
mm sayang, maaf pagi ini aku sedikit sibuk.” Amal tersenyum kaku, membalas. Perempuan
itu telah tahu maksud Amal,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Baiklah,
aku segera pergi.” Segera perempuan itu mengenakan seluruh pakaiannya, mencium
cepat mulut Amal dengan panas, lalu mengambil tas di atas meja dan mengeluarkan
segepok uang. Dengan masih tersenyum, perempuan itu menyerahkan langsung kepada
Amal dengan bangga.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“ini Dpnya aja ya mas, dan nanti
seluruh sisanya kuberikan saat program kehamilanku berhasil.” Suaranya manis
meski tidak muda, kembali ia mencium Amal singkat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Terima kasih ya.” Senyum
perempuan itu kembali mekar, lalu berlalu meninggalkan kamar dengan gemulai. Hingga
perempuan itu lenyap dibalik pintu keluar, Amal termenung sendiri, bayang
istrinya di kampung seketika berkelebat. “Ya Tuhan.” hatinya berdebar, namun
jiwanya tidak bisa menampik telah begitu menikmati perempuan semalam, dan dapat
uang pula? Duh!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Amal baru mengetahui sebulan
lalu, bahwa ada pekerjaan seenak dan semudah itu di kota, hati yang tidak
menentu kini tersulap lamunannya untuk menjadi orang kaya dengan cepat. Penuh
nikmat.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>***</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Hingga
menuju tengah hari, Amal merasa jenuh sendiri. Nyatanya, naskah yang diniatkan
sejak lama sebagai sumber penghasilan itu tidak juga rampung. Sendirinya telah
menilai naskahnya itu tidak bermutu sejak awal paragraf, hingga malas
meneruskan hingga akhir. Ia sobek lembaran naskah dengan kesal, dan menulis
sebuah cerita baru di kertas kosong. Tapi selalu saja buntu, pikirannya tidak
tentu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Menjadi seorang penulis apa
sesusah ini? pikirnya. Lalu sebuah suara notif pesan gawai terdengar,
perenungan Amal tebak-menebak masa depan segera terhenti.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
[ Ayah, jangan lupa makan siang
ya! love u ]</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Amal membaca pesan singkat di
layar gawai dengan banyak emot cinta. Bibirnya jadi tersenyum, namun kecut.
Tiba-tiba kembali teringat ke perempuan yang membayar untuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>benih menusia . “Ya Tuhan.” Keluh Amal,
dadanya tiba-tiba berdebar tak tenang, merasa sangat bersalah, dan takut. Lalu
ia teringat akan keharusannya mengirimkan sejumlah uang ke keluarga di kampung.
Uang pemberian dari perempuan yang memintanya benih manusia seperti menguap
dalam dua minggu. Sayup-sayup, Amal jadi teringat dan merindukan kembali
panggilan dari perempuan itu. Bercinta dengan hebat, lalu mendapatkan uang
banyak setelahnya. Dan bila perempuan itu hamil, akan mendapatkan lagi uang
sepuluh kali lipat dari uang yang diberikannya tempo hari. Wow!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
KLUNG KLUNG</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Tiba-tiba lamunan Amal buyar oleh
suara tanda pesan masuk. Lagi, pesan dari istri Amal di kampung mengisi layar
chat gawai, Amal segera membaca isinya;</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
[ Ayah sehat? Kok diem? Mama
khawatir loh, hampir sebulan ayah nggak kasih kabar, kan Ayah tahu sendiri,
mama disini buat beli pulsa aj susah. Kerjaan ayah disana lancar? Sebentar lagi
gajian kan? Asyik ... hehe ] </div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Pesan dari istrinya di kampung
serasa terlalu deras di dada Amal, karena Amal pikir belum juga mendapat
pekerjaan sungguhan di perantauan. Amal kalut sendiri, bagaimana nanti akhirnya
menghadapi istrinya. Amal termasuk suami yang takut dengan istrinya, karena
istrinya itu telah menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan Amal tidak ingin keluarganya
kecewa, bagaimanapun caranya. Mengingat perannya sebagai kepala keluarga, Amal
jadi uring-uringan sendiri. Hingga sebuah pesan lain masuk, seketika wajahnya
berubah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
[ Mas, aku butuh malam ini,
kejemput di tempat kemarin jam 7 malam nanti ya ]</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Ah! perempuan secantik itu ingin
bertahan dengan laki-laki yang tidak menyadari kemandulannya? amal sedikit
tertawa mengingatnya kembali. Tentu saja, bagaimana tidak? Suaminya itu telah
begitu mapan, selain gagah. Sejumlah uang yang di janjikan perempuan itu
sebelum tidur tidaklah mungkin keluar dari mulut perempuan pas-pasan pada umumnya,
lalu olah raga malam itu terjadi, dan Amal mendapatkan uang muka yang tidak
sedikit, hingga Amal dengar, perempuan itu benar-benar <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengaku hamil.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
****</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Malam
ini Amal kembali terjaga, padahal malam telah hampir ke ujungnya. Amal tahu,
adzan awal biasa terdengar di awal sepertiga malam terakhir. Telah tiga bulan
berlalu, sejak olah raga malam terakhir Amal dengan perempuan yang memebli
benihnya itu, dan Amal telah pula kembali pulang ke kampung dan berkumpul
bersama keluarganya. Sejak kehamilan perempuan itu benar-benar terjadi, Amal
merasa terbuang. Tidak lagi sudi perempuan itu ia hubungi, apalagi untuk
kembali bersenggama dan memberikan uangnya kembali. Uang puluhan juta raib tak
dirasakannya habis di tiga bulan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Bagaimana bisa dapat duit banyak?
pertanyaan itulah yang kerap menyesaki benak Amal sejak bangun hingga ia
tertidur kembali. Segala cara mendapatkan uang telah banyak melintas di kepala
Amal, cara halal maupun haram berebut serta memberi gambaran. Tapi sama saja
pikir Amal, tidak ada cara mudah dan cepat, secepat penyumbang benih.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Amal kembali melamunkan saat pertama kali
berkenalan dengan seorang perempuan paruh baya di sekitar kontrakan tempatnya
tinggal, perempuan ramah juga cantik, tidak terlihat nakal bahkan liar di
ranjang. Ah, andai ada lagi seorang perempuan malang seperti itu, batin Amal
mengiba. Amal lupa, itu sebuah keinginan yang sebelumnya sangat ia benci.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Ada gejolak lain yang dirasakan
Amal selepas pergi ke kota. Libidonya seperti terus terobsesi, namun tidak
kepada istrinya sendiri. Hingga tubuhnya bertambah kurus menanggung candu
birahi dari hari ke hari.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Mas, kok belum tidur?” Tiba-tiba,
sang istri disamping Amal terbangun. Merapat tubuhnya, memanja. Amal
mengerti<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keinginan istrinya kini, ia
balas dengan tersenyum dan balas merangkul, meski jauh dilubuk hatinya, ia
merasa malas, karena rasa nikmat bersetubuh dengan istrinya itu jadi terasa
hambar, tidak senikmat perempuan kota yang pernah membeli tubuhnya untuk
program kehamilan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Lepas bercinta, sang istri
kembali terlelap saking letihnya. Perempuan itu bahkan tidak menunggu sang
suami tertidur. Tinggalah amal terjaga sendiri, merasakan hampa, juga resah.
Amal merasa sepi sendiri, yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Amal merasa
di permainkan keadaan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Dipandanginya lagi sang istri
yang terlelap, Amal tidak juga mendapati syur-syur hasrat seperti<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tiga bulan sebelumnya, meski hingga Amal
melihat sebegitu lekat. Rasa bersalah telah membuat Amal kian resah, hingga terus
saja memerhati sang istri, yang sebenarnya hatinya sendiri melihat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perempuan di sampingnya itu sebagai perempuan
paling cantik dan menentramkan, yang untuk itulah Amal pergi ke kota untuk
mencari uang berlebih. Karena denga uang itulah Amal melihat sang istri tidak
lagi teresahkan akan kebutuhan hidup sehari-hari. Hingga resah itu diharapkan
Amal berganti gairah, yang tak henti-hentinya ia impikan seperti di saat malam-malam
pertama Amal menikah. Tapi memang Amal kali ini tidak merasakan hasrat itu,
tidak lagi merasakan gemas bernapsu saat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melihat kemolekan istrinya di atas ranjang,
tidak seperti sebelum ia pergi merantau. Bukan karena sang istri berubah
menjadi sosok yang kurang proporsional dimatanya, bukan! Sungguh bukan pula
karena fisik yang berubah turun kepesonaannya menurut mata idealitas Amal, bukan!.
Tapi karena <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kini Amal merasakan sensasi
yang berbeda, kerinduan yang berbeda, juga kegairahan yang berubah sejak
bersama perempuan pembeli benih-benihnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://draft.blogger.com/null" name="_GoBack"></a>.</div>
<div class="MsoNormal">
Ar, 25 juli 2019 </div>
</div>
Abdul Rozakhttp://www.blogger.com/profile/17226599614802776187noreply@blogger.com0