___ Dari Sesama Untuk Semua ______________________________________________________________________________________
Selasa, 28 Februari 2017
Belai Hujan Akhir Malam
"Hey bangun.." Kurasakan sentuhan halus menjalar dari pipi hingga dagu, lalu mengusap ke kening dan wajah seluruhnya.
"Shalat.."Sekarang wajahmu terlihat tersenyum, coba terus membangunkanku.
Kutersadar seketika, hujan lirih bergemuruh menimpa atap rumah. Jelas terdengar di heningnya sepertiga malam, bersahutan bersamapara pejuang shubuh yang terbiasa melantunkan ayat ayat-Nya sebelum adzan shubuh dikumandangkan.
"Terima kasih"Aku menyambutmu dengan sebuah pelukan. Kaupun tersenyum begitu manis, memperhatikanku begitu lekat. Mata kita begitu dekat, saling menyelami pribadi yang terangkum di dalamnya.
"Tapi kenapa masih berdiam diri?" Kulihat seketika, wajahmu berkata tidak mengerti meski sangat ingin. Sekali lagi ku hanya dapat tersenyum, begitu lucunya kau kulihat. Dengan wajah secantik itu, rasanya lebih berwarna melihatmu disaat bingung. Bahkan perubahan air muka lainnyapun hanya akan menambahmu makin cantik, entah itu takut atau marah sekalipun.
"Apa masih saja kau memikirkan hal aneh itu?" kau masih saja terus bertanya, meski ku tetap terdiam. Bahkan kini matamu kulihat lebih besar memandangku, heran.
"Tidak habis dibuatnya, seakan semua bersatu hendak membuatku tersudut. Bila saja boleh, aku ingin terus tertidur. Kau tahu? aku melihat suatu alam yang sederhana disana, sangat sederhana dimana disana ku hanya melihatdan mendengar. Meski sering tidak mengerti alurnya, meski kelabu. Namun sungguh sangat sederhana, karena rasanya tidak kurasakan bingung ataupun tersudut" Aku coba menjelaskan, kini pandangmu mengendur seperti biasanya. Tetap saja kau tidak mengerti, lalu serta merta memunculkan sebentuk wajah penuh kasih untuk menutupi segala resah yang kau lihat dariku.
"Lalu?" Kembali kau bertanya, kali ini arahmu berubah, sekarang nampak kau hanya ingin mengoral waktu guna mengendurkan suasana hatiku yang bingung.
"Aku lelah, sungguh lelah.." -
"Tidakkah kau pun lelah menemaniku?" Ku coba memeriksa wajahmu, dan tidak nampak perubahan diwajahmu. Tetap saja teduh, dan anggun.
"Bagaimana bisa lelah? Bukankah ada cinta yang memberi tenaga lebih?" Kau kembali terheran, berusaha menutupi sedikit kecewa.
“Kau benar sayang,.. Namun kurasa cinta kita belum menemukan titik akhir yang menentramkan”
“Kemana kan ku bawa segala nikmat cinta kita? Akankah kita biarkan begitu saja tanpa memikirkan muaranya? Sungguh aku tak ingin berakhir tragis seperti Romeo dan Juliet” Aku bersungguh hati menatapmu, namun kini kau hanya ikut termenung.
“Sebenarnya, sejak kapan kau berpikiran seperti itu? Bukankah sebelum kita bersatu, penyatuan seperti sekarang adalah yang utama? Hinga kita lewati masa begitu panjang untuk dapat seperti sekarang ini?” Kembali kudapati sorot mata lentikmu menajam.
“Ya, namun setelah kita bersatu.. kita hendak kemana lagi?!” Emosi seketika meletup, -
“Sungguh hal itu terus mengusik pikiranku selama ini. Kenyataan kini seakan tersu memaksa untuk segera menemukan jawab dari satu pertanyaan itu” Matamu kini makin kosong, namun terus saja gejolak jiwa ini memaksa bibirku mengatakan semua.
“kenyataan itu adalah, bahwa kita tidak selalu akan hidup didunia. Dan memang kehidupan ini sebatas dunia, alangkah singkatnya kisah cinta kita. Sungguh begitu singkatnya..” Aku menyesalkan,
“Lalu, kemana akhirnya indahnya kisah cinta ini?” Kuulangi lagi pertanyaan yang kerap membuatku enggan terjaga, ingin terus bermimpi. Karena mimpi, kurasakan tidak berwaktu dan akan terhenti. Namun tidak terdiam seperti kita saat ini
#jejak_para_kekasih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar