[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Rabu, 04 Desember 2019

Empat Matamu

Kau tertawa. bagaimana aku hingga ingin melihat mataku sendiri? Aku kira semua orang akan melakukan hal yang sama saat penglihatanmu terasa kurang beres, begitu juga denganku.
.
Lihat saja, semuanya pandanganku jadi tidak karu-karuan. Padahal namanya penglihatan sebegitu pentingnya. Kata teman dumai, susuanan hurufku juga parah, dan sering salah ketik. Kau tau kenapa? itu karena setiap huruf yang terapit huruf 'a' kecil itu justru malah menggambarkan bagaimana garis tengah hidungmu. Ahaha! Jangan marah dulu! Matamu memang agak lucu. Matamu ada empat, sepasang menatap dunia, dan yang sepasang lagi menatap sepasang mata lainnya. Tapi bagaimanapun kita beruntung, sebagian orang malah ada yang punya sepasang mata tapi tak melihat.
Pernah kah kau membayangkan hidup dalam gelap untuk waktu lama?
.
Apakah aku tertular juga ya ... dan harus bermata empat sepertimu? Banyak citraan liar hilir mudik di zaman seramai ini. Bukan apa-apa ... Aku hanya takut pandanganku terkurung sepasang mata yang memandang dunia langsung itu, lalu tak bisa lagi melihat senyum ke kedalamn hatimu yang paling palung. Ah entahlah dengan semalam hingga kantuk kabur, mungkin memang karena pendanganku yang kurang baik, dimana dirimu seperti ada dihadapan, dan minta dipeluk.
.
Ups... maaf, baru teringat kau termasuk orang parno, dan marah dikatai suka porno. Ah mengapa marah? Beda satu huruf saja. Mungkin karena itu juga sih, hingga membuat para pejuang penjaga kata anti typo bergerak dengan gigih nasi karena kelaparan.
.
Bagaimana? Udah pusing belum?
Aku udah dulu! Rayu-merayu tawa senyummu lanjut ntar jika sempat.
.
ar 4 Des 2019

SENYUM TAWA

Entah kapan, hingga senyummu itu melekang. Bila boleh kutanyakan mengapa kumiliki, maka kau harus tahu, aku telah jauh-jauh hari menyimpannya, tanpa harus kau tahu.
.
Aku bukan pencuri, tapi sudah sewajarnya bukan? Bila kita tercipta tak kuasa menolak sesuatu yang ditimpakan, apalagi seberharga itu ... seperti seperti senyum, seperti canda, seperti asa, yang menyesap keruang jiwa, seperti air dari langir yang menembus areal perkebunan para warga yang kering kerontang.
.
Kau tak bisa mengmbilnya lagi, bagaimanapun tak relanya telah tersimpan di ingatanku. Kau tahu itu, dan akan tersimpan selamanya, hingga akhirnya Pemilik kewarasanku itu mengambilnya kembali, atau mungkin saat suatu nilai kewarasana itu yang berjungkir balik. Maaf, ini bukan salahmu, tapi bukan juga salahku ... jika senyummu itu seperti menghidupkan segala bangkai di alam benakku untuk terus berkreasi berkata-kata menerbitkan bujuk rayu untukmu. (Tolong jangan katakan aku sebagai perayu radikal . OK!? Terima kasih ^^).
.
Menyerah saja, duduk dan dengar baik-baik.
.
 Senyummu itu, Duhai ... membuatku berpikir atas keajaiban kreasi kedua bibir itu.Bagaimana jika kau terlahir tanpa bibir? Apa menghingga aku menyukaimu?
.
Atau begini saja! Jika kau tak mau menjadi jalan sebab aku tertawa-tawa begini. Diamlah, akan aku ceritakan kisah senyum yang salain yang bukan dari kedua bibirmu itu.
Saat tiba-tiba terlihat senyummu itu diingatan, tiba-tiba nampak pula seekor kura-kura. Ia tersenyum, dan senyum itu mengingatkan kepada senyummu. Bagaimana bisa begitu? Sederhana, karena kura-kura itu tengah tersenyum, dan kau juga pernah tersenyum.
Aku bukan sedang lancang mengingat-ngingatmu, tapi senyummu. Bolehkah?
..
Haha! memang lucu jika aku teringat senyummu itu, di mulut  kura-kura. tapi tentu saja, kau bukan kura-kura, tapi senyum itu tetaplah senyum, yang kurasa citraan energi universal yang mengubah.
.
Kau bukan kura-kura, dan rasanya aku tak hingga berhasrat kepada seekor kura-kura. karena aku sendiri adalah tawa-tawa, yang dikotomi amarah, darimu. Kau dan aku harusnya selalu dekat.
.
Semoga jangan ada lagi tawa-tawa penuh angkara, atau senyum-senyum kepedihan.
.
 Harusnya ... kita selalu bersama dan biar semua menyebut kita senyum tawa.
.
Salamku Duhai, kepada engkau yang tersenyum.
Kapan kita ngopi bareng?
:)
gaje
ar 4Des 2019