[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Senin, 09 Maret 2020

RESENSI Rasa yang Sulit Dimengerti

--Oleh : Intaneraauthor
.
Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat untuk penulis karena bagi pegiat literasi seperti kami, memiliki karya yang dibukukan merupakan berkah yang tak ternilai harganya. Selain itu, saya ingin mengingatkan bahwa terkait latar belakang saya sebagai seorang akademisi literatur, saya lebih fokus pada isi tulisan dan unsur- unsur intrinsik di dalam cerita alih-alih mengkritisi tata bahasa, tanda baca dan sebagainya. Oleh sebab itu mohon dimaklumi jika ada yang kurang berkenan dalam resensi yang saya sampaikan kali ini.
.
Salah satu guru sastra saya di masa SMA pernah menerangkan sebuah konsep bernama atavisme. Menurut KBBI, atavisme merupakan istilah untuk menyebut pemunculan kembali sesuatu yang telah lama hilang yang tidak ada pada generasi sebelumnya. Maknanya, atavisme dalam sastra merupakan bentuk di mana gaya sastra lama kembali dimunculkan pada karya sastra baru seperti mantra yang terdapat dalam puisi-puisi Subagyo Sastrowardhoyo.
.
Membaca kumpulan prosa Rasa yang Sulit Dimengeri membuat saya merasakan sensasi atavisme baik dalam diksi maupun penjabaran plot.
.
Secara pribadi, saya kurang mengetahui selera bacaan penulis namun jika saya boleh berteori, beliau dipengaruhi karya sastra era 50 atau 60 an yang banyak menyoroti kehidupan kaum pinggiran serta realita kesenjangan dalam masyarakat. Contohnya cerpen Masjid Merah Putih serta Mencemburui Senja. Penulis menyoroti bagaimana tekanan kebutuhan ekonomi seringkali menjadi alasan permisif untuk melalaikan ibadah serta bagaimana realita kecemburuan para wanita dalam sebuah keluarga poligami. Dua kasus ini merupakan sedikit dari sekian contoh isu sosial yang saat ini jarang diangkat dalam tulisan terkait meledaknya fenomena urban literature di kalangan pegiat sastra moderen. Karenanya, membaca cerpen-cerpen seperti ini bisa kembali membuka mata pembaca tentang pergolakan dalam kehidupan sosial masyarakat negara berkembang yang telah lama dilupakan.
.
Contoh atavisme lain yang saya temukan tercermin dalam cerpen Tak Sekadar Senja. Terlepas dari plot twist pada ending, gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen berlatar medis ini mengingatkan saya akan prosa lama Iwan Simatupang yang judulnya jika bukan Perkenalan dengan Harga Diri Manusia ya Pudar Menjelang Kilau (mohon maaf saya lupa yang mana sebab dua cerita ini saya baca lebih dari lima belas tahun yang lalu :))
.
Dalam tulisan Iwan Simatupang, tersebutlah seorang dokter mata yang mencintai seorang wanita bernama Lita, yang mana kemudian meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis dan menjadi titik balik kehidupan sang dokter. Gaya penuturan tokoh 'aku' atau 'si dokter' dalam Tak Sekadar Senja entah mengapa mengingatkan saya akan gaya narasi 'sang dokter pemuja Lita'. Satu-satunya pembeda adalah twist di akhir yang mematahkan segala citra si dokter menjadi sesuatu yang berbeda.
.
Berbicara tentang twist, saya perlu mengingatkan penulis bahwa saya merupakan seorang penulis genre-genre yang lebih gelap dari Anda (thriller dan misteri) sehingga untuk yang satu ini, penilaian saya mungkin sedikit subjektif dan berpotensi membuat Anda tidak setuju. Namun seperti yang kita ketahui, fiksi yang baik adalah fiksi yang berhasil membius pembaca, bahkan jika pembaca tersebut bukan penyuka genre yang terkandung dalam tubuh si fiksi. Seperti yang saya katakan sebelumnya, atavisme dalam Rasa yang Sulit Dimengerti memang cukup menghibur namun sayang, ada sejumlah elemen kejut yang 'kurang nendang' dalam kacamata saya. Tak Sekadar Senja memang menyajikan plot yang lumayan namun sayang 'kejutan' yang digunakan merupakan kejutan yang sudah banyak digunakan dalan ribuan tulisan sejenis bahkan kisah film dan sinetron. Saya jujur saja mengharapkan sesuatu yang wah dan fresh. Ada beberapa ide dalam kepala saya namun sayang tak bisa saya kemukakan dalam resensi ini sebab bisa menimbulkan spoiler bagi orang lain.
.
Begitu pula dengan Romansa Renta yang mana seharusnya sosok si kakek bisa jadi lebih 'wah'. Pun dengan titular cerpen Rasa yang Sulit Dimengerti-nya di mana konflik yang tersuguh telah terlalu umum.
.
Satu-satunya cerpen dengan elemen kejut terbaik adalah Tai yang Jatuh dari Langit. Konflik dan antiklimaksnya menarik meski kurang berhasil membuat saya terbahak (namun lumayan tergelak). Dialognya cukup atraktif sehingga dari keseluruhan isi buku, cerpen inilah favorit saya.
.
Akhir kata saya menyampaikan bahwa untuk menikmati sore yang tenang, kumpulan prosa Rasa yang Sulit Dimengerti cukup menghibur karena konfliknya yang ringan dan santai. Terima kasih untuk penulis yang bersedia menerima kritik dan saran saya. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.
.
Salam literasi.
Rate: 💫💫💫
.
.
Peresensi adalah penulis buku Drama Vendetta, terbitan Divagroup.
Beliau dapat dihubungi melalui akun instagramnya di @intaneraauthor