Mendung Oktober
Mendung Oktober Kita..
Meluruh keabuan kabutnya
.
Di perdana penghujan
Oktober yang tak lagi sama, aku
Mengawal tiada bercerita
.
Disini
Gerimis dinanti
Meringis harmoni
Menari memberi arti sunyi
.
Nurani, menadahlah nyata
Sekarang, sunyi t'lah berbaik hati
Menyinggahi naluri
Mengajarkan keajaiban
Hari.
Ar, 1 okt. 17
kudap-kedipmu kudapan
semangkuk cinta
kau bawa serta
harum mengepul berbagai cita
akan simpulan masa lalu
akan harapan masa depan
desah sauh mendesah jauh
kita mendesah
di liku-liku taman bunga berpurdah
idealitas berpindah
tergusur lidah
[hiprock menyalak menyanyi]
Dengarlah!
Jeritjerit bocah terjebak beton berlari mencari pijak lompat mengaduhi gedunggedung elit tersepi terpana langit semu biru memburu nafsu mentahkan norma menjadi dogma plastik makan gelari meja judi bersama dewi siluman tentukan nasib kebodohan
Dengarlah suara bising kalangkabut anjing menyalaki bocah kolong jembatan menunggu mati melihat api jahanam
ar, 14juli2017

Malam siang kita
:
Tlah dipercikan butiran hitam memutus siang
Sebelum senja pun kelam
Kehendak yang tak terhadang
:
Bermulalah memulai riuh serangga bersua
Dipilihnya nadanada beraneka
Berbahasa rupa
Pasrahi lemah jiwa sosial menjadi ciri tiada mampu
:
Di malamNya segala bernyanyi, Menari, memilah-milih
Hingga mengikat mimpi
Bekali diri di hari akhir
;
Benderang akhirnya
Sesiapa pun ikhwalnya
Berhitung lah saat
Sebagaimanapun amalnya
:
Kasih,
adakah kita bersama di teduh cinta hingga itu?
ar,12juli2017
JULI SELEPAS SENJA 32
-ar
:
Mengalun nada akustik memekik cantik
Menarikan jari-jemari sunyi
Menyilap nyata
Menyisa angan
:
Oh puisi,
Kau dimana?
:
Terdekap gitar klasik terhingga
Kau tiada
Tapi nada bukan kasihku,
-yang mengusir sepi bagai kutu
Meski irama menggerutu,
-tak jua bertemu..
:
Akan engkau rindu, sedalam puisi
Bersama waktu tersedu
Enggan dan inginnya terambigu
:
Sebagaimana senja itu..
"Senja takkan lama," Katamu
"Tapi membayang setiap waktu," Kataku
"Tapi takkan hidup diciduk kenangan," Katamu
"Tapi inginku mati tanpamu," Kataku
Senja terdiam, lalu pergi
:
Cmh, 5juli2017
2
3
4
5
6
7
8
Mendung Oktober Kita..
Meluruh keabuan kabutnya
.
Di perdana penghujan
Oktober yang tak lagi sama, aku
Mengawal tiada bercerita
.
Disini
Gerimis dinanti
Meringis harmoni
Menari memberi arti sunyi
.
Nurani, menadahlah nyata
Sekarang, sunyi t'lah berbaik hati
Menyinggahi naluri
Mengajarkan keajaiban
Hari.
Ar, 1 okt. 17
kudap-kedipmu kudapan
semangkuk cinta
kau bawa serta
harum mengepul berbagai cita
akan simpulan masa lalu
akan harapan masa depan
kiranya hari ini, masih singgah kudapan
terlahap riang generasi harapan
ar, 1 okt. 17
Bisiki Matiku
derikderik cantik
berbisik
mendekat tanpa langkah
mendesah lembut nan lemah
.
Akulah kerinduan,
kudengarkan samar
Akulah kerinduan,
serupa suara tanpa kata
.
Akulah kerinduan itu,
yang kau rindukan di sahara luas perindu yang memanggilmu
Akulah kerinduan itu,
yang kau rindukan di hampa samudra jiwa perindu yang mendambamu
Akulah kerinduan itu,
yang membuat berpuluh perindumu terasa pilu
.
yang mati mendamba rindu, disesak peluk peluh gairah nafsu
.
Akulah kerinduan itu, yang membuat kau bergerak bergairah menghidupkan jiwa
tiada rasa kau kecap kasih sayang di matinya rasa
Akulah kerinduan itu,
yang terdustakan jiwajiwa pusara perindumu
.
lihat!
mayat pun dapat tersenyum, sebagai mana kau lihat di wajah para aulia
.
ar, 14agustus2017

]Seusai Amarah Itu]
.
Marilah kemari ke dekat pundakku
Bila amarah itu t'lah berlalu
Napas t'lah berangsur membaur
Dan mata 'tak tersamar merah kelambu
.
Cinta terus menunggu di sini
Di mimbar cahaya segala tercipta hakiki
Serangkaian kisah kasih sejak mula
Di ayun waktu 'tak berkesudahan
.
Marilah sejenak mereguk senyum
'Tak mengapa memutar waktu
ke masa senang
ke masa lapang
Dimana hujan serasa syurga
Lalu kita reguk jernih cita menyapa
.
Kunci itu selalu ada
Sebentuk ekpresi tanpa beban
Sebegitu saja tercipta tiada dusta
Seusai meredanya segala amarah
.
Marilah mari kemari
Siapa saja yang rela mendaki
Jamuan t'lah siap sedia
Berbagi rasa di sebalik jiwa
.
Pun segala rindu
Itu
Siapa pun
kamu
.
ar, 9sept2017
pergi kau pergi
kenang
ku nanindah
melauh lemah
bisiki
hati nan
membelai jiwa
pun aku
yang sendiri
membenah desah
usah kau kembali
hangati resah..
jalang kau pergi!
oh senja dunia
memadu kasih
oh sungguh merona
hangatnya pelukmu
hati bergumam
sebatas rindu
pacu dunia..
ar, 24agustus2017

derikderik cantik
berbisik
mendekat tanpa langkah
mendesah lembut nan lemah
.
Akulah kerinduan,
kudengarkan samar
Akulah kerinduan,
serupa suara tanpa kata
.
Akulah kerinduan itu,
yang kau rindukan di sahara luas perindu yang memanggilmu
Akulah kerinduan itu,
yang kau rindukan di hampa samudra jiwa perindu yang mendambamu
Akulah kerinduan itu,
yang membuat berpuluh perindumu terasa pilu
.
yang mati mendamba rindu, disesak peluk peluh gairah nafsu
.
Akulah kerinduan itu, yang membuat kau bergerak bergairah menghidupkan jiwa
tiada rasa kau kecap kasih sayang di matinya rasa
Akulah kerinduan itu,
yang terdustakan jiwajiwa pusara perindumu
.
lihat!
mayat pun dapat tersenyum, sebagai mana kau lihat di wajah para aulia
.
ar, 14agustus2017

desah sauh mendesah jauh
kita mendesah
muara teronggok sampah
sumpah serapah
idealitas melemah
muara teronggok sampah
sumpah serapah
idealitas melemah
kita mengalah
di mulut gerobak sampah
berkeluh kesah
merealita terjajah
di mulut gerobak sampah
berkeluh kesah
merealita terjajah
kisah mendesah
tergusur fitnah
amarah merajah
gundah tak tentu arah
tergusur fitnah
amarah merajah
gundah tak tentu arah
kita mendesah
di liku-liku taman bunga berpurdah
idealitas berpindah
tergusur lidah
pada roda-roda gerobak sampah
segala-gala muati desah
akan segala lelah
mata uang menuju pasrah
segala-gala muati desah
akan segala lelah
mata uang menuju pasrah
pada roda-roda gerobak sampah
semua boleh meludah
pun sejalan naluriah
namun desah mesti berubah
menuju satu langkah
pada Yang Maha Indah
ar, 11agustus2017
semua boleh meludah
pun sejalan naluriah
namun desah mesti berubah
menuju satu langkah
pada Yang Maha Indah
ar, 11agustus2017
[hiprock menyalak menyanyi]
Dengarlah!
Jeritjerit bocah terjebak beton berlari mencari pijak lompat mengaduhi gedunggedung elit tersepi terpana langit semu biru memburu nafsu mentahkan norma menjadi dogma plastik makan gelari meja judi bersama dewi siluman tentukan nasib kebodohan
Bising polusi jalanan hirupi desa geliatkan pembenaran butakan pemberontakan segala kekangan dendam penipuan telanjang angkuh binatang kerajaan mangkrak ngangkangi tubuh remaja puasi hasrat keparat kalangkabut nada setan keindahan telinga iblis tertawa amarah durjana kuasa kangkangi langit dunia hitam kelamkan anggum jiwajiwa harapan keram sumpahi cinta tak bertuan hamparkan angan menelanjangi pahlawan
Anjing santun berbahasa gongong di keras jalanan membidik tikus membidik got kumuh lusuh rapuh lapar terkapar menyalak-nyalak kucar-kacir di ujung bacokan sewaan tuan siluman panik terkencing-kencing gemuruh tawa rahwana indah natural alam semi seni tercampak buruk membusuk di tanah air senyumi lahan basah sogok tengok bawah meja mendesah merebah lelah sulapi sepenggal kata untuk kepentingan bersama hingga udara bertarif dalih berharga selamatkan nyawa
Anjing santun berbahasa gongong di keras jalanan membidik tikus membidik got kumuh lusuh rapuh lapar terkapar menyalak-nyalak kucar-kacir di ujung bacokan sewaan tuan siluman panik terkencing-kencing gemuruh tawa rahwana indah natural alam semi seni tercampak buruk membusuk di tanah air senyumi lahan basah sogok tengok bawah meja mendesah merebah lelah sulapi sepenggal kata untuk kepentingan bersama hingga udara bertarif dalih berharga selamatkan nyawa
Dengarlah suara bising kalangkabut anjing menyalaki bocah kolong jembatan menunggu mati melihat api jahanam
ar, 14juli2017

Malam siang kita
:
Tlah dipercikan butiran hitam memutus siang
Sebelum senja pun kelam
Kehendak yang tak terhadang
:
Bermulalah memulai riuh serangga bersua
Dipilihnya nadanada beraneka
Berbahasa rupa
Pasrahi lemah jiwa sosial menjadi ciri tiada mampu
:
Di malamNya segala bernyanyi, Menari, memilah-milih
Hingga mengikat mimpi
Bekali diri di hari akhir
;
Benderang akhirnya
Sesiapa pun ikhwalnya
Berhitung lah saat
Sebagaimanapun amalnya
:
Kasih,
adakah kita bersama di teduh cinta hingga itu?
ar,12juli2017
JULI SELEPAS SENJA 32
-ar
:
Mengalun nada akustik memekik cantik
Menarikan jari-jemari sunyi
Menyilap nyata
Menyisa angan
:
Oh puisi,
Kau dimana?
:
Terdekap gitar klasik terhingga
Kau tiada
Tapi nada bukan kasihku,
-yang mengusir sepi bagai kutu
Meski irama menggerutu,
-tak jua bertemu..
:
Akan engkau rindu, sedalam puisi
Bersama waktu tersedu
Enggan dan inginnya terambigu
:
Sebagaimana senja itu..
"Senja takkan lama," Katamu
"Tapi membayang setiap waktu," Kataku
"Tapi takkan hidup diciduk kenangan," Katamu
"Tapi inginku mati tanpamu," Kataku
Senja terdiam, lalu pergi
:
Cmh, 5juli2017
Tapi Waktu Enggan Menunggu
1
Sejak kudapati wajahmu, kasih
terpilu ku melihatnya
membersamai sunyi
di ujung sekat yang tak kasat mata
2
Biarlah kasih, pagi bercumbu
biarkan ia menyambangi dan menggagahi
di senyap udara yang dingin itu
telah sejak semalam menyusup
telah sejak temaram menyenggamai
biarlah, biar..
meski segala suci itu takkan kembali
3
tapi lihat!
sewajah polos anakmu mendayu
yang disebalik lugu terus menderu
berseru, "inikah dunia itu ?"
yang terbiarkan terus menunggu
4
inikah dunia itu?, katanya
dengan kejujuran yang tak tergugu
ia terus saja menunggu
5
lalu kau meminta-minta
meloloskan jawab-jawab yang tertemu
tapi waktu enggan menunggu
inikah dunia itu? katanya kembali
namun kini tlah tersekat waktu
6
biarlah, biarkan saja
dengan angin malam t'lah meminta dekap
menitip salam membagi waktu
meski terus saja tanya-bertanya,"inikah dunia itu?"
7
sejak kudapati wajahmu, kasih
anak itu t'lah lama menunggu
membawa jawab-jawab untukmu
namun waktu enggan menunggu
8
akulah persembahan anakmun itu
yang digenggamnya sedari dulu
rintikrintik gerimis harapharap perindu
yang digenggamnya sedari dulu
rintikrintik gerimis harapharap perindu
namun waktu enggan menunggu
Bandung,
Ar_20'Okt2017
Senapas Kata Waktu Itu
Malam berderaian wajahmu kasih
dikesendirian selimut yang gigil
ada napas tertahan
memandangi kenangan
menelanjangi angan
bagaimana kabarmu?
di sunyi malam ini,
senapas coba ku sapa dirimu
bersama senyumku yang sendiri
biar kulukis artefak perhatianmu itu
malam malam memanjang ke waktu lalu
waktu di mana kita tak tersekat dewasa
waktu dimana tak menyadari benih memburu itu
yang menjadikan kini kita saling menjaga
senapas kata itu biarlah bertaburan
biarlah malam melarutkan semua itu
akan benih yang berujung pengharapan
akan penghabisan yang berujung kerinduan
biarlah malam melumatnya
sebagaimana janji saat itu
untuk hanya sebatas saling menyapa
rindu biarlah berlalu
ar, 23Okt 2017
Mu Itu
.
Lambat berjalan
hari-hari muram yang berelegi
menatap hampa imagi
sunyi
.
menyapa lagi
duhai hati
enggan menanti
yang bernyanyi
.
hempaskan lara
bersemi
bersama jiwa
merana
.
semai pun
duka nestapa
larutkan bersama senyuman
mu itu
mu itu
.
ar,15Nop2017
Mu Itu
.
Lambat berjalan
hari-hari muram yang berelegi
menatap hampa imagi
sunyi
.
menyapa lagi
duhai hati
enggan menanti
yang bernyanyi
.
hempaskan lara
bersemi
bersama jiwa
merana
.
semai pun
duka nestapa
larutkan bersama senyuman
mu itu
mu itu
.
ar,15Nop2017
Adalah Sewajah Cita-cita
.
Senja kita merambat cepat
jenuh jauh melengguh acuh
seakan gunung bentangkan teduh
naung naungi layar keluh
.
kita ..
melarikan duka hampa
tiada guna tak berjiwa
hanya duka tanpa raga
.
senja itu kita berdua
menggapai langit yang muram
menunggui hujan
menyibuki awan
menduduki di gelegar berkilatan
entahlah
sampai kapan
.
rintik hujan nyatanya menaungi bukit
dan layar awan pekati angan
marilah kita berdansa di pematangNya
di bait-bait perjanjianNya
karena wajahNya
adalah sewajah cita-cita
.
Ar, 19 Nop 2017
Puisi lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar