[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Rabu, 08 Februari 2023

Subsidi Silang


Dia terharu, mendapati salah satu perempuan di Republik Indonesia ini ---istrinya sendiri-, kini sedang menjemur kancut dan kutang, yang entah kapan berhasil dihutangi dia sendiri ke salah satu pedagang kreditan.

Saking sibuknya mengurus rumah dan keluarga, hingga mungkin lupa untuk membeli yang baru, yang lebih aman melindungi isinya dari jejak jahil kecoa atau mungkin tungau.

Ah laki-laki itu terpekur, mengingat-ingat kapan terakhir kalinya perempuan yang tengah menjemur di hadapannya itu meminta dibelikan pakaian dalam.

Entah!

Entahlah kapan terakhir kali kancut dan kutang itu berhasil dikredit untuk Sang Istri. Lalu dia jadi malu sendiri, yang sering menuntut isinya selalu bersih tersaji tanpa  memperhatikan kelayakan  kemasan.

Tiba-tiba saja dia jadi rindui tukang kredit dari Tasik yang ramah itu. Yang sederhana, tapi cantik alami itu.

Ah ya!

Jika perempuan dari Tasik itu berhasil dia kawini. Setidaknya ... soalan kancut dan kutang Sang Istri tercinta tidak lagi koyak sebegitu rupa. Sebagaimana yang kini dia lihat bergelantungan, jalang, melambai-lambai di pinggir jalan.

#belajar #fiksi #realisme #sosial
Ar 08 Feb 2023

Minggu, 05 Februari 2023

Si Asbak

Si Asbak, temanku ... kali ini datang membicara lagi teory-teory anehnya. Dia, dengan semangat berapi-api---berbicara cepat tanpa jeda dan. berwajah keringat, semacam orang makan siang berkuah sambel pedas.

"Dah lah! Bro ... jangan kebanyakan pertimbangan menilai calon istri. Yang penting rajin sholat, demen ngaji aja dan tentunya berlubang!"

Aku setengah tidak percaya dia akan menimpali ceritaku sesarkas itu. Bagaimana bisa dia bicara begitu? Apa dia lupa.bagaimana dulu sejak sekolah di SMK hingga begitu melankolis hanya karena soalan satu perempuan. Apa dia juga lupa mendapat julukan Si Asbak sejak saat itu? Yang merokok membabi buta hingga sisa puntung teman-teman saat nobar ia punguti semua, lalu dilinting ulang dengan kertas buku matematika,.hingga asbak nyaris.bersih tanpa tembakau.

"Seperti rokok, kau takkan benar-benar merasainya nikmatnya jika hanya terpaku tampilan luar. Yang kau harus tau merokok itu demi merasai kenikmatannya." 

Dia menepuk pundak, membuatku seketika tersadar dari masa lalu. Masa di mana kami sering begadang bersama, hanya karena ingin menonton bola.

"Lama-lama juga akan terbiasa, lalu terasa enaknya," Enteng saja dia terus bicara, memandangku seperti orang linglung dan kelaparan. Mentang-mentang sudah nikah dua kali, huh! Ingin rasanya menyerang balik dengan pertanyaan bagaimana dulu dia begitu rapuh ditinggalkan seorang wanita, bagaimana dia hingga seperti manusia baru yang menyesal telah menjadi laki-laki santun dan alim.

"Kau tahu kenapa teman-teman sekolah kita dulu hingga menyebutku Si Asbak? Ha ha ha!"

Dia tertawa sendiri dengan tidak lucu. Aku jadi mengingat lagi saat pertama kalinya Si Ajat memanggil dia Si Asbak, hingga saling membikin hidung berdarah.

"Ya, karena kau menghabiskan semua puntung rokok kretek saat di rumah Si Ajat, kan?"

"Bukan! Tapi karena aku telah menemukan bagaimana nikmatnya menghisap tembakau hingga tidak peduli dengan merek dan kemasannya. Puntung maupun utuh, selama masih bisa kubakar dan kuhisap .. tembakau tetap saja nikmat."

 Kali ini dia menjawab dengan wajah serius, lalu melanjutkan dengan suara bak seorang filosof, ''Karena saat Kau telah terhanyut rasa, maka segala fisikmu takkan lagi ikut mendikte persepsimu ... lalu kau akan terbebas dari sikap diskriminatif."

"Lalu kenapa dirimu tak suka rokok putih? Apa  rokok putih itu produk luar negri hingga rasa nasionalismemu itu mengalahkan perasa nikmat terhadap tembakau dijiwamu? Bukankah semua rokok sama saja? Bukankah itu juga diskriminatif?"

Mendengarku bicara dengan nada meninggi, dia hanya tersenyum---seperti menyikapi anak kecil yang merajuk.

"Bukan karena itu, tapi rokok putih itu bukan tembakau murni. Itu kertas celup dirajang seperti tembakau rokok."


Ar, 05 Feb 2023