Buah karya Anne Mursyid
.
Di review novel Assalamualaikum Adhea 2 kali ini sepertinya
si pereview musti mengakui bahwa author telah berhasil menulis sebuah novel
psikologi remaja yang begitu mengobok-ngobok kejiwaan para pembaca. Bagaimana
tidak sukar Gaes! Biasanya kan remaja-Remaji itu digambarkan riang dan meledak-ledak, atau melow yang tidak
terkontrol, atau lebay on the way (eh ). Hingga para penulis novel remaja biasanya
membubuhkan banyak dialog untuk memuluskan jalan cerita sebagai ciri khan
keremajaa genrenya. Selamat! penulis telah sukses mengkombinasikan antara paparan kejiwaan yang penuh haru-biru dengan
percakapan segar khas remaja dengan pas untuk sebuah novel Psikologi Remaja yang .
.
Well, dua figur yang jadi pemeran
utama di jilid kedua ini (Adhe dan Dhea) nampak membuat bingung sang author
untuk memilih satu (di antara dua pemeran utama) untuk dikurangi jam tayangnya.
Maka di jilid dua inilah Adhe mengambil porsi lebih banyak--tampil.
.
Seperti yang dikisahkan di Novel Assalamualaikum1 (jilid
sebelumnya); di akhir ceritanya Adhe
mesti terpisah dengan ibu yang selalu menyayang-manja, dan keempat sahabat
dekatnya di Armada lima, juga Dhea-nya sendiri (eh).
.
Maka di Novel Assalamualikum yang
kedua ini penulis melukiskan bagaimana kejiwaan seorang remaja yang merasa
dibuang oleh kakaknya sendiri, atau mungkin merasa terbuang namun tidak berani
menyalahkan kenyataan (baca! Takdir). Hingga Adhe hanya bisa memendam amarah
itu sendiri yang dapat dirasakan oleh teman-teman barunya di kamar Ali bin Abi
Thalib tempat Adhe mukim selama nyantri di Pesantren Al Muhibbin Jombang, Jawa
Timur. Adhe kian terlihat sifat melankolisnya. Sedang Dhea makin diperlihatkan sikap lebih dewasa sebagai
seorang perempuan dalam menyesapi kerinduannya yang kadang membuat bingung
laki-laki ( wkwkwk).
.
Sebulan berlalu, enam bulan
berlalu. Sedikit demi sedikit dikisahkan seorang Adhe berusaha tabah dengan
lingkungan baru dengan menerima keadaan yang juga asing dengan dirinya. Hingga kerap
Adhe memngingat Kak Bayu yang keras itu; Yang ingin adiknya menjadi kebanggan
orang tua di dunia dan akhirat sebagai insan yang berbakti kepada nusa dan
agamanya. Hingga pola pikir Adhe soal pendidikan di pesantren berubah sedikit
demi sedikit. Dipastikannya sendiri oleh Adhe, bahwa semua rumor negatif di
mata masyarakat itu salah total (tak percaya? Coba nyantri sonoh!).
.
Meski kesan baik dan kelebihan
pola pendidikan pesantren telah dirasakan Adhe daripada sekolah umum di sekolah
asal, rupanya amarahnya itu masih datang seperti angin yang datang tiba-tiba, tidak
terduga. Setiap kali teringat kampung halaman, teringat Armada Lima, juga
Dhea--yang dengan sembunyi-sembunyi dicintainya dalam diam itu- lagi-lagi
membuat perasaan terasing dan dibuang itu kembali. Hingga suatu saat Adhe nekad
kabur dari pesantren hanya karena melihat Bus Antar Kota saat hendak menemani
sahabatnya mengambil uang ATM di luar
area Pesantren.
.
Sedikit pendapat pereview ya Gaes! Memang ... Lingkungan
pesantren yang Islami tidak menjamin semua orang yang berada dilingkungannya
atau lulusannya akan beramal Islami.
Namun kita harus tahu, bahwa system pesantren jauh lebih efektif mendukung para
santrinya untuk tetap fokus menuntut ilmu dan beradab. Misal, dengan dipisahkannya
siswa dan siswi ddi kelas dan asrama untuk menghindari khalwat yang kerap
menjurus ke cinlok. Karena cinlok bagi pelajar itu memang kasus umum yang
sering bikin gagal fokus kepada pelajar. Dengan penekanan pemahaman dan
pengamalan Akidah Ahlak dari kajian Talimul Adab yang dibudayakan di keseharian
para santri-santrinya. Alangkah baiknya jika penulis Film D’ SANTRI juga
membaca dan memahami maksud system aturan pesantren di novel ini.
.
OK Lanjut ...
.
Hingga Adhe—akhirnya-menetapkan
diri untuk menjadi santri sebaik-baiknya. Karakter Adhe yang melow kini jadi lebih bijak dan memahami maksud kak Bayu mengirim Adhe ke
pesantren, seiring amarah Adhe dengan kenyataan yang kian surut. Hingga
Adhe juga akhirnya dapat melihat kebaikan
para teman-temannya yang sejak awal kenal selalu berusaha menyemangati dan
menyabarkan Adhe untuk betah di
Pesantren.
.
Tapi siapa yang sadar? Jika gerak
rindu itu nyatanya kian bertambah. Hingga Adhe sempat kabur dari pesantren
hanya karena merasa suntuk dan teringat kampung halaman. Arti sebuah persabatan
dan cinta di ulas dengan halus di novel ini. Dan di jilid kedua ini, kita dapat
melihat dengan lebih jelas bagaimana membedakan kelebihan dan keunikan di
antara keduanya.
.
Di novel juga banyak istilah
percakapan bahasa Arab yang terjemahnya justru di jelaskan sang penulis dengan
percakapan para tokonya lagi (penjelasan tanpa fotenote atau catatan kecil) di keseharian
para santri dipesantren, hingga—sedikitnya- kita juga akan tahu dan mudah-mudah
mengerti akan percakapan dasar seorang santri dalam bahasa Arab.
..
Meski novel ini pemeran utamanya cenderung
berkutat dangan kejiwaan para remaja yang melow becampur riang, enerjik, juga gokil
meledak-ledak karena rindu, marah, kesal, bosan, dan kekerasan watak. Novel ini
juga bagus untuk mengenalkan dan membiasakan suasana pesantren kepada para remaja
agar betah menuntut ilmu agama dan mau nyantri di pesantren. Novel ini cocok
untuk remaja dan orang tua, yang masing-masing dari dua generasi yang berbeda
itu akan mendapat banyak keuntungan ilmu
yang berharga. (Baca sendiri deh kalo nggak percaya :D )
.
Lalu. Eh eh eh ... Masih
sempat-sempatnya sang penulis juga membubuhi tiap chapter yang bejibun itu
dengan Quotes yang kuat akan doa dan rindu (Seperti Quotes paling atas). Selain
itu, penulis juga sempat menyisipkan peluruskan rumor negatif yang kadung mengakar
urat di masyarakat. Misal; Soal kasus
kehilangan sendal jamaah yang seakan jadi biasa di masjid yang suci nan mulia.
Atau pola hukuman yang diterapkan kepada para pelanggar justru tidak mendidik
hingga makin membuat sipelaku tidak mengerti dengan pentingnya aturan. Dan
penulis novel ini telah dengan rapi menjelaskan semuanya dengan tidak menggurui.
Hmmm ...
.
Sejak dari awal kisah, nasib pemeran utama memang terus bergumul
dengan kejiwaan dan kenyataan yang awalnya susah payah untuk dapat diterima. Namun,
seiring kita terus membaca lembar ke lembar dari novel ini, berbagai pelajaran
pelembut jiwa dan pengukuh cita seorang remaja akan kita terus dapati dengan
lirih merenda ke akhir cerita (wow!).
.
Ya! Akhirnya, saat pulang kampung bagi Adhe telah
tiba. Segala rindu dan bahan cerita menarik telah dikemasnya dengan rapih untuk
keluarga, sahabat dan Dhea sendiri (yang perempuan itu yang jadi sebab dirinya
mendapatkan pelajaran sangat berharga untuk mengenal dan merasakan cinta
pertama). Tapi siapa sangka, ternyata penulis memutuskan kerinduan Adhe kepada
Dhea diperpanjang ... Gaes! Teganya tuh author huuuu (mewek deh yang review,
rasanya telak di PHP, dan jadi makin penasaran dengan ending sebenarnya T_T)
.
Untuk itulah, kita harus terus membeli
dan mengikuti kisah remaja-remaji di
Novel Assalamualaikum 3 kedepan. Dan novel ini bener-bener bikin baper Gaes ...
Maka jangan lupa Taawuz Basmalah sebelum baca, eh :D
.
“Diamku adalah mencintaimu,
diamku adalah mendoakanmu ....”
--- Salah satu Quotes AA2 -
.
Ar, 4 Okt 2019
#review_buku_indie
3 komentar:
Reviewnya bagus. :)
Reviewnya bagus. :)
terima kasih ^^
Posting Komentar