[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Sabtu, 05 Oktober 2019

Review Novel Assalamualaikum Adhea 2


Buah karya Anne Mursyid
.
Di review novel Assalamualaikum Adhea 2 kali ini sepertinya si pereview musti mengakui bahwa author telah berhasil menulis sebuah novel psikologi remaja yang begitu mengobok-ngobok kejiwaan para pembaca. Bagaimana tidak sukar Gaes! Biasanya kan remaja-Remaji itu digambarkan  riang dan meledak-ledak, atau melow yang tidak terkontrol, atau lebay on the way (eh ). Hingga para penulis novel remaja biasanya membubuhkan banyak dialog untuk memuluskan jalan cerita sebagai ciri khan keremajaa genrenya. Selamat! penulis telah sukses mengkombinasikan antara  paparan kejiwaan yang penuh haru-biru dengan percakapan segar khas remaja dengan pas untuk sebuah  novel Psikologi Remaja yang .
.
Well, dua figur yang jadi pemeran utama di jilid kedua ini (Adhe dan Dhea) nampak membuat bingung sang author untuk memilih satu (di antara dua pemeran utama) untuk dikurangi jam tayangnya. Maka di jilid dua inilah Adhe mengambil porsi lebih banyak--tampil.
                .
Seperti yang dikisahkan di Novel Assalamualaikum1 (jilid sebelumnya); di akhir ceritanya  Adhe mesti terpisah dengan ibu yang selalu menyayang-manja, dan keempat sahabat dekatnya di Armada lima, juga Dhea-nya sendiri (eh).
.
Maka di Novel Assalamualikum yang kedua ini penulis melukiskan bagaimana kejiwaan seorang remaja yang merasa dibuang oleh kakaknya sendiri, atau mungkin merasa terbuang namun tidak berani menyalahkan kenyataan (baca! Takdir). Hingga Adhe hanya bisa memendam amarah itu sendiri yang dapat dirasakan oleh teman-teman barunya di kamar Ali bin Abi Thalib tempat Adhe mukim selama nyantri di Pesantren Al Muhibbin Jombang, Jawa Timur. Adhe kian terlihat sifat melankolisnya. Sedang Dhea  makin diperlihatkan sikap lebih dewasa sebagai seorang perempuan dalam menyesapi kerinduannya yang kadang membuat bingung laki-laki ( wkwkwk).
.
Sebulan berlalu, enam bulan berlalu. Sedikit demi sedikit dikisahkan seorang Adhe berusaha tabah dengan lingkungan baru dengan menerima keadaan yang juga asing dengan dirinya. Hingga kerap Adhe memngingat Kak Bayu yang keras itu; Yang ingin adiknya menjadi kebanggan orang tua di dunia dan akhirat sebagai insan yang berbakti kepada nusa dan agamanya. Hingga pola pikir Adhe soal pendidikan di pesantren berubah sedikit demi sedikit. Dipastikannya sendiri oleh Adhe, bahwa semua rumor negatif di mata masyarakat itu salah total (tak percaya? Coba nyantri sonoh!).
.
Meski kesan baik dan kelebihan pola pendidikan pesantren telah dirasakan Adhe daripada sekolah umum di sekolah asal, rupanya amarahnya itu masih datang seperti angin yang datang tiba-tiba, tidak terduga. Setiap kali teringat kampung halaman, teringat Armada Lima, juga Dhea--yang dengan sembunyi-sembunyi dicintainya dalam diam itu- lagi-lagi membuat perasaan terasing dan dibuang itu kembali. Hingga suatu saat Adhe nekad kabur dari pesantren hanya karena melihat Bus Antar Kota saat hendak menemani sahabatnya mengambil uang  ATM di luar area Pesantren.
.
 Sedikit pendapat pereview ya Gaes! Memang ... Lingkungan pesantren yang Islami tidak menjamin semua orang yang berada dilingkungannya atau lulusannya akan  beramal Islami. Namun kita harus tahu, bahwa system pesantren jauh lebih efektif mendukung para santrinya untuk tetap fokus menuntut ilmu dan beradab. Misal, dengan dipisahkannya siswa dan siswi ddi kelas dan asrama untuk menghindari khalwat yang kerap menjurus ke cinlok. Karena cinlok bagi pelajar itu memang kasus umum yang sering bikin gagal fokus kepada pelajar. Dengan penekanan pemahaman dan pengamalan Akidah Ahlak dari kajian Talimul Adab yang dibudayakan di keseharian para santri-santrinya. Alangkah baiknya jika penulis Film D’ SANTRI juga membaca dan memahami maksud system aturan pesantren di novel ini.
.
 OK Lanjut ...
.
Hingga Adhe—akhirnya-menetapkan diri untuk menjadi santri sebaik-baiknya. Karakter Adhe yang melow kini jadi  lebih bijak dan  memahami maksud kak Bayu mengirim Adhe ke pesantren, seiring  amarah  Adhe dengan kenyataan yang kian surut. Hingga Adhe juga akhirnya dapat melihat  kebaikan para teman-temannya yang sejak awal kenal selalu berusaha menyemangati dan menyabarkan  Adhe untuk betah di Pesantren.
.
Tapi siapa yang sadar? Jika gerak rindu itu nyatanya kian bertambah. Hingga Adhe sempat kabur dari pesantren hanya karena merasa suntuk dan teringat kampung halaman. Arti sebuah persabatan dan cinta di ulas dengan halus di novel ini. Dan di jilid kedua ini, kita dapat melihat dengan lebih jelas bagaimana membedakan kelebihan dan keunikan di antara keduanya.
.
Di novel juga banyak istilah percakapan bahasa Arab yang terjemahnya justru di jelaskan sang penulis dengan percakapan para tokonya lagi (penjelasan tanpa fotenote atau catatan kecil) di keseharian para santri dipesantren, hingga—sedikitnya- kita juga akan tahu dan mudah-mudah mengerti akan percakapan dasar seorang santri dalam bahasa Arab.
..
Meski novel ini pemeran utamanya cenderung berkutat dangan kejiwaan para remaja yang melow becampur riang, enerjik, juga gokil meledak-ledak karena rindu, marah, kesal, bosan, dan kekerasan watak. Novel ini juga bagus untuk mengenalkan dan membiasakan suasana pesantren kepada para remaja agar betah menuntut ilmu agama dan mau nyantri di pesantren. Novel ini cocok untuk remaja dan orang tua, yang masing-masing dari dua generasi yang berbeda itu  akan mendapat banyak keuntungan ilmu yang berharga. (Baca sendiri deh kalo nggak percaya :D )
.
Lalu. Eh eh eh ... Masih sempat-sempatnya sang penulis juga membubuhi tiap chapter yang bejibun itu dengan Quotes yang kuat akan doa dan rindu (Seperti Quotes paling atas). Selain itu, penulis juga sempat menyisipkan peluruskan rumor negatif yang kadung mengakar urat di masyarakat.  Misal; Soal kasus kehilangan sendal jamaah yang seakan jadi biasa di masjid yang suci nan mulia. Atau pola hukuman yang diterapkan kepada para pelanggar justru tidak mendidik hingga makin membuat sipelaku tidak mengerti dengan pentingnya aturan. Dan penulis novel ini telah dengan rapi menjelaskan semuanya dengan tidak menggurui. Hmmm ...
 .
Sejak dari awal kisah,  nasib pemeran utama memang terus bergumul dengan kejiwaan dan kenyataan yang  awalnya susah payah untuk dapat diterima. Namun, seiring kita terus membaca lembar ke lembar dari novel ini, berbagai pelajaran pelembut jiwa dan pengukuh cita seorang remaja akan kita terus dapati dengan lirih merenda ke akhir cerita  (wow!).
.
Ya!  Akhirnya, saat pulang kampung bagi Adhe telah tiba. Segala rindu dan bahan cerita menarik telah dikemasnya dengan rapih untuk keluarga, sahabat dan Dhea sendiri (yang perempuan itu yang jadi sebab dirinya mendapatkan pelajaran sangat berharga untuk mengenal dan merasakan cinta pertama). Tapi siapa sangka, ternyata penulis memutuskan kerinduan Adhe kepada Dhea diperpanjang ... Gaes! Teganya tuh author huuuu (mewek deh yang review, rasanya telak di PHP, dan jadi makin penasaran dengan ending sebenarnya T_T)
.
Untuk itulah, kita harus terus membeli dan mengikuti kisah remaja-remaji  di Novel Assalamualaikum 3 kedepan. Dan novel ini bener-bener bikin baper Gaes ... Maka jangan lupa Taawuz Basmalah sebelum baca, eh :D
.
“Diamku adalah mencintaimu, diamku adalah mendoakanmu ....”
--- Salah satu Quotes AA2 -         
.
Ar, 4 Okt 2019
#review_buku_indie

3 komentar:

Pencari Ilmu mengatakan...

Reviewnya bagus. :)

Pencari Ilmu mengatakan...

Reviewnya bagus. :)

Abdul Rozak mengatakan...

terima kasih ^^