[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Sabtu, 18 Maret 2017

Kembali Merindu



Sayang, malam ini adalah malam kesekian kalinya ku terjaga sendiri, tersudut disisi dinding kontrakan tempat kita biasa bersandar bersama sebelum tidur. Namun kini kau tiada, membuat permukaannya terasa dingin.

Hatiku tetap bertanya-tanya meski sebelumnya kau selalu pamit, bila hendak pergi.

Jam berdetak lebih keras, merajai hening di antara sepinya malam. Kulihat jarumnya menunjukan pukul kosong kosong lebih empat puluh lima, menandai waktu malam telah berlalu dari tengahnya.

Seketika sebentuk wajahmu tergambar jelas, sebagaimana kau tersenyum seperti biasanya, bila mendapatiku terjaga seperti ini.

Lalu kau akan bertanya dengan tersenyum manis; "Mau tahajud ya?", namun kau dapati aku hanya akan membalas tersenyum, dan menggeleng setelahnya. Kaupun akan tertawa kecil, lalu meninggalkanku untuk mengambil air wudhu.

Tapi malam ini, jarang kudapati senyum dan bisik tawamu itu. Malam ini, aku lebih teringat bagaimana kau berkata akan luasnya rezky yang Alloh hamparkan untuk kita. "Seakan rezky itu Ia taburkan sebanyak bintang gemintang diluasnya langit yang terus meluas, bahkan langit itupun seperti lazuardi raksasa yang penuh rahmat. Kita sebenarnya selalu hidup dalam tangan kasih sayangnya, hanya saja, kerap kita lupa".

Baru kusadari, berwiraswasta ternyata lebih menyita waktumu. Bagaikan seorang astronot yang menjelajah kesegala arah untuk mengumpul bintang gemintang, entah sampai kapan akan habis bintang itu. Bintang itu terlihat berdekatan, namun sebenarnya saling menjauh, menjaga jarak, menunggu para tuannya masing-masing.

Mungkin ini hanya saat masa perintisan, seperti katamu. Namun, rasanya ada sesuatu yang tercuri di tiap malam kita, dan kurasakan tidak mampu terbeli oleh materi yang membuatmu tiada saat ini.

 Malam-malam indah yang lumrah kita lewati sebagai sepasang suami-istri, ikut terkorban. "Kita terkorban untuk masa depan kita. Yang mungkin entah bagaimana kita di masa depan", seperti katamu tempo hari. Sungguh, pengorbanan ini tidak seperih yang kubayangka. Aku terlalu gembira dengan persentasi keuntungan yang kau jelaskan saat itu, lupa akan konsekuensi yang memisahkan kita seperti malam ini.

Adakah seperih rindu dari sepasah kekasih yang saling menyayangi? Padahal yang sebelumnya haram telah Ia halalkan?

#Tsabita, do'a seorang ibu

Tidak ada komentar: