Siapa yang tidak ingin tenar seperti ’Amr bin Luhay? Yang sejak
kedatangannya dari negri makmur yang maju, lelaki itu kian populer dan banyak
diikuti orang-orang di Mekkah. Kekayaan, Ketenaran, telah membuat pamor
intelektualnya kian bersinar di mata para penduduk Kota Mekkah yang fanatik kepada spiritual dan kegagahan.
.
Kedatangannya dari
Negri Syam disambut para penduduk kota Mekkah sebagai pembaharu yang berhasil.
Lihat saja, banyak oranf pintar yang iri atas konsep ketuhanan yang dibawanya.
Membuat iri para kahin ortodoks karena keluwesan ajarannya menuju tuhan. Selain
mendekatkan kebaktian kepada Tuhan, ajarannya juga dirasa selaras dengan budaya
penduduk yang terbiasa sibuk dengan perdagangan. Dengan isme yang dibawanya,
para pengejar dunia dan akhirat dapat dibersamakan dalam ajarannya. Jenius
bukan? Dan kau tidak mau kalah.
.
Sejak kedatangan
pembaharu teologi ketuhanan itu, kini kota mekkah mulai dibanjiri banyak ajaran
teologi dari luar kota, bahkan hingga lebih dari tiga ratus para peminpinnya
yang dengan bangga menyerahkan berbagai simbol kepada pemegang kunci mekkah.
Sekali lagi kau tidak mau kalah. Kau berpikir keras untuk mengungguli semua itu
meski keadaan perutmu sendiri tidak semakmur para pembaharu spiritual itu. Kau
memutar otak beberapa hari, hingga akhirnya sebersit ide itu hadir dan kau
rasakan sangat relevan dengan keadaan kota mekkah yang banyak dari penduduknya
juga kelaparan
.
Ah ya, bukankah
dengan menjadikan diri salah satu pembaharu di kota ini akan dengan cepat
menaikan pamor di Jazirah Arab. Ya ... ya! Mekah sebagai pusat haji juga
menjadi titik strategis menyebarkan suatu ajaran dan pemikiran keseluruh dunia.
Maka dengan segala yang kau punya, kau mulai membuat konsep ketuhanan baru. Kau
menyebutnya sebagai simbol yang membawa kemakmuran, dan memberi solusi kepada
orang-orang lapar.
.
Maka, pagi ini kau
bersemangat mulai membuat simbol ajaranmu, dengan segala harta yang ada. Kau
membuat patung dari roti dan hendak di serahkan kepada juru kunci ka’bah.
.
“Wahai orang jauh,
mengapa kau ikuti orang-orang jahil itu membawa berhala dan mengotori millah
Ibrahim yang Hanif? Tidakkah kau takut kepada Allah?” salah seorang dari suku
Quraisy menegurmu.
.
Kau lihat ia masih terlalu kecil dan tidak punya kekuaatan
sedkitipun untuk melindungi diri. Tapi meski begitu, kau coba berkata bijak
demi menggali simpatik dari para pengikutmu yang baru. Bukankah aku membawa
ajaran kemakmuran bagi orang-orang lemah? Batinmu bergumam sendiri.
.
“Ah tidak, kita bukan menyembah patung roti ini, tapi ini
semua semata-mata untuk mendekatkan kita kepada Allah saja,”
.
Kau letakan kebanggaanmu di salah satu sudut komplek tawaf.
Orang-orang mendatangimu, mendengar ceramahmu, dan di saat hari kian menerik,
perut dan pengikutmu sendiri merasakan begitu lapar karena mejelis yang panjang
hingga melupakan mencari makan.
.
Akhirnya kau memotong tangan tuhanmu yang lezat berbahankan
roti itu. Para pengikutmu serentak maju, memakan tuhan selepas kau kenyang dengan lengan kanan
tuhan, dan kau lihat sekarang mereka memakan tuhanmu hingga habis.
.
Ar, 1 Okt 2019
#Gambar hanya ilustrasi, gambar ini hasil ss dari
https://brilicious.brilio.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar