[^__^] Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh [^__^]

Kamis, 23 Februari 2017

sebatas ranting

#sebatas ranting yang mengantarkan pada Raja para kekasih
_---------------------------------------------------------------------_
   Hingga detik ini, masih tetap ku ingat, bagaimana kau berkata. Kata yang awalnya tidak ku mengerti, kata-kata yang seketika memancing amarah karena kau berkata-kata ketika kurasakan peliknya kehidupan. Namun ternyata, itu jalan keluar mesti ku jalani untuk membenahi semuanya.

  "Apa ini?" katamu menunjukan sebatang ranting, lalu mengambilnya dan didekatkan hingga hampir menusuk pandanganku.

 " Ranting ?" Aku jawab seketika, heran.

  "Mereka, orang kafir juga sama. Mereka pasti akan jawab begitu" Kau tidak menjawab apa yang ku herankan, bahkan kini kau tambahkan bingung setelah sebelumnya membuatku heran.

  "Maksudnya?!" Seketika kekesalan memburu, namun kau hanya tersenyum.

   "Kalo ini apa?" Kau bukannya menjawab dan malah bertanya lagi, kali ini telunjukmu mengarah pada sebuah cangkir.

   "Orang kafirpun sama, mereka akan berkata begitu" Kau terkekeh, melihat ku dengan enteng.

   "Lalu meski ku jawab apa? Kolam air hah?" Emosi tidak dapat lagi ku bendung, meledak begitu saja. Tapi kau masih saja tertawa, raut muka mengejek yang membuatku muak.

   "Satu lagi," Katamu tetap tersenyum.

    " kalo itu apa?" Kali ini kau menunjuk pada bangunan didepan, sebuah mesjid yang sederhana.

   "Itu mesjid, untuk beribadah shalat lima waktu" Kataku, meski muak anehnya masih saja diri ini penasaran. Bagaimana maksudmu sebenarnya.

   "Anak kecil aj tau haha, tapi mending agak sekarang jawabanmu" Kamu tersenyum,

   "Heh, maksudnya apa sih? Tapi kafir, sekarang anak kecil?!" Aku meledak seketika, namun ia tetap santai, seakan wajar saja dengan reaksiku.

   "Bujang, ingatkah bagaimana sifat para malaikat yang senantiasa mensucikan Alloh? Dalam setiap ucap dan langkahnya? " Katamu serius, melihatmu seperti itu emosiku mereda. Teringat kembali bagaimana kau menjelaskan sifat-sifat malaikat.

   "Ya, lantas?" Aku jawab singkat.

    "Lalu bagaimana, hingga saat malaikat bertanya segala sesuatu pada Adam hingga mereka bersujud? Hingga seketika malaikat menyadari, akan kebesaran Alloh. Padahal sebelum Adam dicipta mereka sempat bertanya 'Ya Rabb, apakah Engkau akan menciptakan manusia yang akan menumpahkan darah dimuka bumi?'"

   "Bagaimana mungkin? Malaikat yang ditugasi ikut memelihara segala perbendaharaan ciptaan Alloh, termasuk juga bumi bertanya akan suatu hal, lalu Adam menjawab sebagaimana yang diajarkan Alloh, lalu mengertilah mereka. Bahwa Alloh hendak menciptakan manusia yang bukan malaikat itu terkandung suatu kehendak agung yang jauh diatas kecerdasan malaikat, dan jauh lebih besar dari tasbih tasbih malaikat?"

   "Apabila ditanya yang menunjuk pada sebuah ranting? Maka hambaNya yang selalu ingat padanya akan menjawab, ini adalah kayu yang Alloh ciptakan yang dengannya menjadi sarana untuk beribadah hanya padaNya, karena memang selayaknyalah hanya Ia diibadahi. Yang dengan begitu seorang Abdi-Nya akan mempergunakan sebatang ranting itu dengan bijak semata mata mengharap Alloh saja yang ia ridhai menjadi sesembahan dalam hatinya"

   "Lalu saat ada yang bertanya perihal cangkir, kenapa tidak kau jadikan saja sebagai tasbih padaNya, hingga kau jawab; bahwa itu adalah tanah liat yang dibentuk dan dibakar dengan ilmu dariNya. Yang dengan cangkir itu Alloh memberi ilmu yang lain seperti ilmu memuliakan tamu untuk persaudaraan Islami, yang dengan ukhuwah itu Alloh ajarkan lagi managemen organisasi kemasyarakat, hingga terbentuk ilmu ketatanegaraan yang baik dan adil hingga ilmu itu menjadi kebaikan semesta. Apa ia manusia yang memahaminya, yang menerangkan dan yang diterangkan itu akan menyianyiakan cangkir tersebut sebatas menyuguhi syahwat hausnya?"

   "Ingat lagi, katanya malaikat mengurus hingga sel sel terkecil dengan sifatnya yang selalu mensucikan Alloh Yang Maha Suci. Tapi setelah Adam menjelaskan apa yang diketahui perihal benda benda, malaikatpun menghormati akan eksistensi Adam. Karena malaikat tidak diberi pilihan kreatifitas, sedang manusia diberi. Hingga dari sebatang kayu manusia dapat beribadah padanya beribu-ribu macam karena kecerdasanya. Hanya saja kreatifitas itu juga bisa jadi beribu-ribu pengingkaran bila tidak beribadah padaNya. Dan itu membuat derajat manusia lebih rendah dari hewan sekalipun.

   "Disitulah, akal menjadi syarat beribadah. Maka jadikanlah segala pening pelik itu sesuatu yang bernilai ibadah. Bukan membuat kita melajur nafsu amarah, hingga para pengikut iblish asyik saja bermain-main apinya. Karena yang kurang akal tidak Alloh wajibkan untuk beribadah."

   "Seperti itu.." telunjukmu kali ini menunjuk orang gila yang tersenyum sendiri sambil telanjang.

   "Atau dia" lalu telunjukmu mengarah pada balita yang tengah asyik bermain lumpur"

   "Nah, sekarang tahu kan bagaimana caranya terbebas dari beribadah padanya? Haha!" kau tertawa lepas, menyaksikankanku tersudut malu.

   "Karena ibadah itu lillah, dan kebaikan belum tentu jadi ibadah. Sedang ibadah pasti jadi baik hasilnya"

   "Dengarlah Sang Kekasih bersabda; barang siapa yang dunia tujuannya, puncak cita-cita maka Alloh akan cerai-beraikan urusannya, dan kefakiran akan dinampakan didepan matanya, dan dunia tidak akan datang melainkan sebatas apa yang Alloh tuliskan padanya. Barang siapa yang akhirat tujuannya, maka Alloh akan satukan urusannya, dan Alloh jadikan kecukupan dalam hatinya, dan dunia akan datang meski ia tidak mengharap"

   "Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh, maka akan Ia beri jalan keluar dari setiap masalahnya, dan akan diberi rizky dari arah yang tidak ia sangka-sangka"

   "Dan ku ingin, segala obrolan kita jadi bukti ibadah. Maukah? " kau kini berhenti tertawa, menatap tajam. Hingga kenyaplah segala pening segala urusan keksusahan hidup.

#jejak_para_kekasih

Tidak ada komentar: